Jumat, 20 Februari 2015

Selamat Jalan Untukmu Pang Lima Vikingku

Untukmu Panglima Viking
Selamat jalan wahai panglima Viking
Untuk terakhir kalinya
Memandang wajah penuh dengan cinta
Tenang dan damai
Melepaskanmu selama-lamanya
Menghadap kudrat ilahi robbi
Sedih rasanya teriris sembilu
Sendu pilu mengharu qolbu
Walau kami menatap
Tak kuasa kami mengelak
Atas kuasa kudrat dan kehendakmu
Ya Allah yang maha pengampun
Maha pengasih dan maha penyayang
Kami bersimpuh tawaddu' dihadapanmu
Kami panjatkan do'a kehadiratmu
Bagi almarhum yang kami tunai
Takkan pernah putus dari nurani kami
Cinta dan kasih-mu
Amin Ya Rabbalalamin 

Obituari Ayi Beutik, Sang Panglima Viking Persib Club

Bobotoh - Persib Bandung (GOAL.com/Anggi Riwanto)
"Jika menghitung untung-rugi, dukungan tak murni lagi" - Ayi Beutik
Duel antara Persib Bandung dan Persija Jakarta baru dimulai, Bobotoh yang tidak kebagian tiket masuk stadion Siliwangi Bandung mulai berulah, mencoba memaksa masuk untuk menyaksikan pertarungan klasik sarat gengsi Indonesia Super League (ISL).
Magnet pertandingan ini memang luar biasa, Siliwangi tak kuasa menampung puluhan ribu Bobotoh yang datang berbondong-bondong dari segala penjuru Jawa Barat dan pada akhirnya pintu itu pun jebol hingga bentrokan antara suporter dan pihak keamanan tidak bisa dihindari.
Situasi semakin memanas, sejumlah wartawan foto yang mencoba mengabadikan peristiwa turut menjadi korban. Tidak lama seorang petugas datang menghampiri area tengah tribun Timur, meminta Beutik membantu turun tangan langsung menetralkan situasi. Dengan gaya rambut eksentrik plus coretan berwarna biru di area mata, Beutik berjalan menuju tempat keributan dan tidak butuh lama, massa yang mencoba merangsek ke dalam area stadion mundur. Situasi terkendali dan laga kemudian berlanjut.
20 Juli 2008, Maung kontra Macan di Siliwangi dimenangkan tim tamu dengan skor 3-2. Akhir dari duel ini tidak mulus memang, karena kerusuhan suporter tetap mewarnai namun sekelumit cerita di atas sedikit banyak bisa mewakili betapa sang panglima begitu dihormati dan disegani pasukannya.

Persib Juara, Mang Ayi Beutik!

Persib-juara-mojok
Tadi malam, ketika Persib Bandung akhirnya keluar sebagai juara Indonesia Super League, setelah mengalahkan Persipura, label rekaman Grimloc di Bandung langsung mengirim mention kepada almarhum Ayi Beutik, Sang Panglima Viking: “Mang @AyiBeutik_Asli, Persib juara mang!” 
Terlalu sulit untuk tidak sentimentil ketika membaca twit itu. Air mata saya nyaris tumpah saat membacanya. Ayi Beutik adalah salah satu sosok langka dalam persepakbolaan negeri ini. Bagi Persib, ia bukan sekadar legenda, ia adalah epos.
Nyaris semua cerita hidup Ayi adalah tentang Persib. Ketika ia mendirikan Viking Persib Club pada tahun 1993, Ayi seolah sudah menuliskan takdirnya sendiri untuk mati demi Persib. Bukan sesuatu yang berlebihan, sebab pada akhir hayatnya 9 Agustus 2014 lalu, Ayi masih memegang teguh apa yang ia yakini itu.
Menjadi suporter klub lokal di negeri yang persepakbolaannya begitu despotik seperti Indonesia sejatinya adalah perlawanan terhadap nihilisme. Anda bukan hanya butuh pengorbanan yang utuh, tetapi juga mental kokoh untuk memahami situasi di mana klub yang Anda dukung bisa jadi adalah korban mafia perjudian atau menjadi alat politik. Atau malah lebih parah: klub Anda sendiri yang merupakan pelakunya. Ayi paham betul hal itu. Tetapi ia tak sudi mengendurkan hasratnya.
Ayi Beutik lantas memilih mantap untuk tidak pernah sudi berkompromi dengan politik. Ia akan dengan mudah tinggi hati ketika Viking diseret ke dalam pusaran politik praktis. Baginya, politik dan politisi adalah daging busuk yang layaknya dibuang ke tempat sampah. Kompromi dengan mereka hanyalah membiarkan diri mati pelan-pelan.
Sikap anti komprominya bisa jadi tak selamanya tepat. Misalnya ketika ia dengan tegas menyebut bahwa permusuhan antara Viking dengan The Jak harus terus dipelihara, justru di saat resolusi perdamaian antar kedua kelompok suporter itu tengah dirancang. Ia bahkan dengan enteng menolak undangan Sutiyoso ke Jakarta, Gubernur DKI kala itu, untuk membicarakan resolusi.
Alasan yang dikatakan Ayi pun cenderung “sepele”: “Sepak bola memang seperti itu, biarkan saja.”
Ayi memang dilahirkan sebagai manusia merdeka. Ia bukan pelacur intelektual yang baru akan diam jika disumpal fulus oleh penguasa. Misi kehidupan Ayi seolah hanya untuk Persib Bandung. Bahkan kedua anaknya pun diberi nama “Jayalah Persibku” dan “Usap Perning” (sebutan untuk Persib di tahun 80-an).
Tidak banyak orang “gila” seperti Ayi dalam sejarah sepak bola.
Bagi Ayi, sepak bola memang bukan urusan materi. Sejak awal, ia mempersetankan hal itu dan lebih memilih untuk memanjat pagar tribun setiap Persib bermain, bernyanyi kesetanan, atau berkelahi dengan suporter lawan. “Kalau tak pakai hati, tidak akan lama (mendukung klub). Apalagi kalau sudah menghitung untung-rugi, dukungan tak murni lagi,” katanya.
Anda bisa saja menudingnya sebagai suporter fanatik yang sudah menjerumuskan banyak anak muda Bandung ke dalam kedegilan yang sama dengannya. Tapi apa yang dilakukan Ayi Beutik hanyalah ketulusan otentik. Membicarakan Ayi Beutik adalah perkara mengaburkan batasan antara cinta buta dan fanatisme, kedegilan dan kemurnian, moralitas dan iman.
Rasanya tidak berlebihan jika menyebut Ayi Beutik adalah representasi nyata dari apa yang dikatakan Bill Shankly: “Someone said to me ‘To you football is a matter of life or death!’ and I said ‘Listen, it’s more important than that’.
Sepak bola memang bukan sekadar urusan hidup dan mati baginya, tetapi lebih dari itu: sepak bola adalah harga diri.
Saya tak mengerti bagaimana harus memungkasi tulisan ini. Pikiran saya hanya berkelana jauh tak tentu arah, membayangkan wajah Mang Ayi—yang tak pernah sekalipun saya lihat langsung itu—tengah tersenyum sambil menyeka air matanya, atau mungkin malah jejingkrakan bersama rombongan malaikat di akhirat—yang ikut menyanyikan hymne Persib Bandung. Saya tak tahu. Tak pernah tahu.
Yang mungkin saya tahu, dan semoga ini tidak klise: dalam setiap sejarah Persib, akan selalu ada nama Ayi Beutik. Selamat juara, Mang Ayi! Selamat, Panglima!

Jayalah Persibku Anak Panglima Viking yang Selalu Dibawa Menonton di Stadion

Panglima Viking Persib Fans Club, Ayi Suparman alias Ayi Beutik, meninggalkan dua orang anak. Salah satunya Jayalah Persibku. Pentolan Viking itu meninggal di RS Advent, Bandung, Sabtu (9/8/2014) pukul 13.00.

Namanya diberikan Ayi kepada anaknya karena kecintaannya pada Persib Bandung. Saat ditemui di ruang ICU RS Advent, Jaya masih menyisakan senyum setelah beberapa jam sebelumnya tak kuasa membendung air mata melepas kepergian bapaknya. "Saya nangis kok tadi. Sekarang sudah enggak," kata Jaya seraya tersenyum.
Selama ini, dalam setiap laga kandang Persib, Ayi selalu membawa anak pertamanya ke stadion.
"Saya mulai diajak nonton Persib sejak kelas 5 SD. Pertama kali nonton di Stadion Siliwangi. Selama ini saya suka nonton Persib sama bapak," kata Jaya.
Seiring dengan kematian bapaknya, Jaya mengaku belum tahu apakah dirinya kembali akan menonton Persib di stadion dalam laga kandang.
"Kalau bapak sudah enggak ada, enggak tahu apa akan nonton Persib lagi di stadion atau tidak. Mungkin nonton di rumah saja," ujar Jaya.(men)

Ayi Beutik, Sang Panglima Viking dari Timur

1408556043624659221
Siapa yang tak kenal Ayi Beutik ? Terutama para pecinta sepak bola di Bandung. Betapa tidak, pria yang bernama asli Ayi Suparman ini merupakan salah seorang pendiri dan pimpinan tertinggi Viking Persib Club (VPC), yaitu sebuah perkumpulan  suporter klub sepak bola asal Kota Bandung, Persib. Para suporter yang lebih dikenal dengan sebutan “bobotoh” ini terkenal fanatik dan rela melakukan tindakan anarkis demi membela tim kesayangannya.
Ada orang yang bertanya mengapa nama Ayi Suparman diubah menjadi Ayi Beutik. Ternyata jawabannya sangat sederhana. Konon ketika dia masih kecil, ada bapak-bapak yang bertubuh tinggi besar. Ketika dia beranjak dewasa tubuhnya seperti bapak-bapak tersebut sehingga dipanggil Beutik. Sejak saat itulah orang lebih mengenalnya sebagai Ayi Beutik.
Dalam setiap pertandingan Persib, Ayi Beutik selalu berada di garda terdepan dalam memimpin para bobotoh untuk mendukung tim kesayangannya. Sosoknya pemberani dan sangat disegani baik oleh lawan maupun kawan. Kecintaannya terhadap persib tidak perlu diragukan lagi. Dia rela ditahan demi membela kelakuan anggotanya yang terkadang kelewat batas sehingga melakukan tindakan kriminal yang merugikan orang lain. Oleh sebab itu dia mendapat julukan sebagai Panglima Viking oleh bobotoh Persib.
Bapak para bobotoh ini yang selama hidupnya belum pernah sekalipun membeli tiket untuk menonton setiap pertandingan sepakbola. Dia selalu punya caranya sendiri untuk bisa menonton, misalnya dengan cara memanjat tembok. Apapun dilakukannya demi sepak bola. Dalam mendukung timnya, dia selalu berpenampilan nyentrik termasuk model rambutnya meniru gaya Indian Mohawk. Ciri khas lainnya adalah teriakan-teriaknnya yang membuat suasana stadion menjadi semakin hidup.
Pria kelahiran 1968 yang memiliki hobi menonton sepak bola, musik dan memanjat tebing ini   merupakan lulusan Jurusan Geodesi, Institut Teknologi Bandung (ITB). Sesuai dengan background keilmuannya, dia bekerja di sebuah perusahaan Konsultan Asing pada bagian pemetaan. Oleh sebab itu tidak heran jika dia sangat mengenal berbagai daerah di Indonesia.
Ayi Beutik menikah dengan Nia Dasmawati, seorang guru SD yang sangat dicintainya pada usia 37 tahun. Pernikahan mereka membuahkan dua orang anak yang diberi nama Jayalah Persibku dan Usab Perning. Nama yang unik tersebut diberikan pada kedua anaknya sebagai bukti kecintaannya terhadap Persib.
A. Asal Mula Nama Viking
Siapa yang tidak mengenal nama Viking ? Banyak orang mengenal Viking sebagai bangsa yang kuat dan brutal. Ciri khas tentara Viking adalah bertubuh besar tinggi, bertubuh kekar, berambut panjang, brewokan (berkumis dan berjanggut lebat) disertai tatapan mata yang tajam dan berwajah bringas. Mereka biasanya menggunakan perahu yang dilengkapi dengan peralatan tempur seperti helm yang terbuat dari logam dan kulit yang memiliki pelindung mata,  spatu kulit yang tinggi, tameng (perisai) serta senjata berupa pedang, tombak dan kapak.
Bangsa Viking berasal dari Skandinavia, suatu  daerah yang beriklim dingin. Walau orang mengenal mereka dengan sebutan Viking, namun mereka menyebut dirinya Norse atau Norsesman yang artinya manusia-manusia dari Utara. Bangsa Perancis justru menyebut mereka dengan julukan  Normandian, sedangkan orang-orang Slavia dan penduduk Rusia menyebutnya Varangia. Padahal, Viking sendiri sebenarnya adalah nama sebuah kota tua yaitu Vik yang sekarang masuk ke dalam wilayah Norwegia.
Pada umumnya mereka menggantungkan hidupnya dari usaha perdagangan dan pertanian. Suatu saat mereka ini bisa berubah menjadi sekelompok orang yang bertindak brutal dan sadis dengan melakukan perampokan dan penjarahan terhadap setiap kapal dagang yang ada di sekitar wilayah mereka. Tidak jarang mereka juga melakukan ekspansi jarahannya sampai ke daerah Mediterania.
Perbuatan bangsa Viking yang sering menyerang dan merampok daerah pesisir pantai Barat Laut Eropa dengan kapal perang mereka yang panjang, telah menjadi momok yang sangat menakutkan. Mereka biasanya melakukan serangan secara mendadak dan cepat terhadap berbagai sasaran yang sudah ditargetkannya, sehingga menimbulkan efek kejut yang tak terduga serta menimbulkan jejak kehancuran yang luar biasa. Mereka membunuh apa saja yang bisa dibunuh, tidak peduli wanita, anak-anak maupun orang tua. Semuanya disikat habis, dihancurkan sehingga menimbulkan efek psikologis, trauma rasa takut yang luar biasa bagi siapa saja yang menyaksikan akibat aksi biadab mereka.
Dalam setiap serangan di darat, pasukan Viking biasanya dipimpin oleh seorang panglima perang yang menggunakan kuda. Serangan awal dilakukan oleh pasukan khusus bernama berserker, yaitu sebuah pasukan pengejut yang bisa bergerak dengan cepat dan brutal. Keperkasaan pasukan Viking yang selalu menang dalam pertempuran membuat mereka semakin percaya diri dan mabuk dengan kekuasaan. Mereka terus bergerak dari satu daerah ke daerah lainnya di daratan Eropa. Satu persatu wilayah Eropa mereka taklukkan. Bahkan dalam catatan sejarah bangsa Eropa, periode 790 dan 1050 SM dikenal sebagai Era Viking.
B. Asal Mula Nama Persib
Persib sendiri merupakan nama sebuah klub sepakbola terkenal asal Bandung, Jawa Barat. Kata Persib sendiri merupakan singkatan dari Persatuan Sepakbola Indonesia Bandung. Jauh sebelum nama Persib dikenal, di kota Bandung pada 1923 telah lahir sebuah klub sepak bola dengan nama Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond atau disngkat BIVB. Klub ini awalnya di pimpin oleh Mr. Syamsudin, lalu dilanjutkan dengan R. Atot yang merupakan putra dari R. Dewi Sartika.
Sayangnya BIVB tidak berumur panjang, sempat vakum dan akhirnya menghilang tanpa jejak. Lalu muncul klub sepak bola baru dengan nama Persatuan Sepak bola Indonesia Bandung (PSIB) dan National Voetball Bond (NVB).  Pada 14 Maret 1933, Kedua klub itu bersepakat melakukan merger dan kemudian mendirikan klub baru dengan nama Persatuan Sepakbola Indonesia Bandung, di singkat Persib. Saat itu terpilih sebagai Ketua Umum pertamanya adalah  Anwar St. Pamoentjak. Beberapa klub lainnya seperti SIAP, Soenda, Singgalang, Diana, Matahari, OVU, RAN, HBOM, JOP, MALTA, dan Merapi akhirnya turut juga bergabung ke dalam Persib.
Pada masa penjajahan Jepang, semua kegiatan persepakbolaan di tanah air yang berada di bawah sebuah organisasi dilarang dan dibredel keberadaanya. Persib pun termasuk yang terkena dampaknya, sehingga sempat mengalami masa vakum kembali. Sebagai gantinya, berdiri perkumpulan olah raga baru bentukan Jepang yang diberi nama Rengo Tai Iku Kai.
Kemudian setelah Indonesia Merdeka, yaitu pada masa revolusi fisik, Persib kembali hadir. Namun Persib saat itu tersebar di berbagai kota di Jawa Barat, seperti di Bandung, Tasikmalaya dan Sumedang. Bahkan ada juga yang mendirikan Persib di Jogjakarta, yaitu pada saat prajurit-prajurit Siliwangi hijrah ke Jogjakarta.
Persib kembali berdiri dan eksis pada 1948 atas upaya dokter Musa, Munadi, H.Alexa dan Rd. Sugeng. Saat itu terpilih Munadi sebagai ketuanya. Meskipun mendapat tekanan dari Belanda (Tentara NICA), yang mengupayakan membangkitkan VBBO kembali dengan memakai nama Indonesia, namun upaya tersebut tidak berhasil. Persib yang semula sempat terpecah belah akhirnya berhasil disatukan kembali dengan dilandasi semangat nasionalisme, sehingga di Bandung saat itu cuma ada satu Persib.
Sejarah mencatat, pada periode 1953-1957, Persib mulai memiliki sekretariat permanen. Wali Kota Bandung saat itu, R. Enoch, membangun Sekretariat Persib di Cilentah. Kemudian atas upaya R. Soendoro, sekretariat Persib dipindahkan ke Jalan Gurame sampai sekarang.
Sebagai salah satu klub sepak bola terbaik di tanah air, Persib cukup berperan dalam menyumbang tim nasional kita, baik di tingkat yunior maupun senior. Tercatat beberapa nama pemain Persib yang pernah memperkuat tim nasional, seperti : Yusuf Bachtiar, Robby Darwis, Risnandar Soendoro, Dadang Kurnia, Nandar Iskandar, Heri Kiswanto, Adeng Hudaya,  Ajat Sudrajat, Budiman, Nur’alim, Yaris Riyadi sampai generasi Erik Setiawan dan Eka Ramdani. Hingga sekarang Persib Bandung merupakan klub sepak bola kebanggaan Indonesia yang sudah menjadi aset nasional.
C. Sejarah Berdirinya Viking Persib Club (VPC)
Viking Persib Club (VPC) resmi didirikan pada 17 Juni 1993 di Kota Bandung. Pada saat itu timbul gagasan dari Ayi Beutik untuk mempersatukan para bobotoh Persib yang biasa menonton di tribun Selatan ke dalam sebuah organisasi yang solid. Lantas dia mengundang beberapa tokoh bobotoh dari berbagai tempat, yaitu Heri dari Cibangkong, Haris dari Pasundan dan dua orang lagi yaitu …. dan …..dari Bandung untuk berkumpul dikediamannya di daerah Pasir Luyu. Mereka berembuk untuk menyatukan diri dalam sebuah wadah yang disebut Viking Persib Club (VPC) atau biasa disebut Viking saja.
Jatuhnya pilihan nama Viking bukan tanpa alasan. Viking merupakan nama legendaris dari sebuah bangsa yang terkenal kuat, buas, berani, pantang menyerah, penuh percaya diri, berjiwa penakluk dan suka menyerang. Mungkin para pendiri VPC ingin memberikan ruh kepada para bobotoh agar selalu tampil  mendukung tim favoritnya, layaknya pasukan Viking yang melegenda tersebut (baca : Asal Mula Nama Viking). Oleh sebab itu para bobotoh selalu menyematkan slogan mereka yang terkenal “Persib Sang Penakluk” pada setiap atribut yang mereka miliki.
Pada awalnya, jumlah anggota Viking itu cuma sedikit yaitu sekitar 50 orang. Meskipun jumlahnya sedikit namun gaungnya luar biasa. Mereka adalah sekumpulan fans fanatik Persib yang bisa dibilang beraliran keras. Jika ada wasit yang mereka rasakan bertindak tidak adil, mereka langsung berteriak dan turun ke lapangan. Mereka tidak gentar meskipun dihalangi oleh aparat keamanan. Oleh sebab itu tidak heran bila mereka sering bentrok dengan polisi atau tentara, bahkan sampai sampai terlibat perkelahian.
Tindakan berani dan sedikit radikal para bobotoh ini lama-lama menarik perhatian banyak pihak. Satu persatu bobotoh lainnya ikut bergabung ke Viking. Semakin lama semakin banyak anggotanya dan terus cepat menyebar bagaikan virus, hingga akhirnya anggotanya mencapai puluhan ribu orang.
Dulu, salah satu persyaratan untuk menjadi anggota VPC adalah harus berkelahi. Misalnya para calon anggota Viking sedang bertandang ke Jakarta untuk menonton pertandingan sepak bola. Maka sesampainya di stadion Lebak Bulus, calon anggota baru tersebut harus mencari alasan untuk berkelahi dengan suporter lawan. Bahkan kalau bisa sampai lawannya pingsan. Efeknya ternyata dahsyat. Banyak anak muda yang tertarik, terutama dari aliran garis keras, sehingga anggotanya berkembang pesat.
Kini persyaratannya sudah berubah, tidak radikal seperti dulu karena banyak juga kaum wanita dan anak kecil yang masuk jadi anggota. Kalau mau jadi anggota VPC, syaratnya harus pernah nonton dulu ke lawan, misalnya nonton ke Tanggerang, baru boleh mendapatkan kartu anggota.
Menurut Ayi, secara formal sebenarnya VPC tidak memiliki badan hukum, namun secara de fakto, keberadaanya diakui. Bahkan struktur organisasi, AD/ART atau aturan tata tertibnya di VPC tidak jelas, atau boleh dibilang organisasinya gaya koboi. Aturan yang ada cukup sederhana. Kalau ada anggota yang berbuat macam-macam, pukul saja, beres urusan.
Seperti yang dikutip dari situs http://kaskus.co.id, saat ini jumlah suporter Persib merupakan yang terbesar di Indonesia. Jumlah anggota Viking ini juga menempati urutan ke 10 terbanyak di dunia dan terbesar se Asia,  mengalahkan jumlah suporter Ultras Samurai Biru (Gamba Osaka) dan Urawa Reds dari Jepang.
D. Persib Musuh Bebuyutan Persija
Semua orang tahu kalau hubungan antara suporter Persib dan Persija tidak akur. Entah sudah berapa kali duanya bentrok, adu fisik yang sempat menimbulkan banyak korban. Bahkan mantan Gubernur DKI Sutiyoso pernah bermaksud mendamaikan perseteruan kedua kubu tersebut, namun upayanya itu tidak juga berhasil.
Menurut informasi yang bersumber dari situs http://dimastereo.blogspot.com, perseteruan antara bobotoh Persib dan Jackmania sudah berlangsung sejak tahun 2000, tepat disaat Liga Indonesia 6 berlangsung. Pada putaran pertama pertandingan, terdapat sekitar 6 buah bis suporter Persib datang ke Lebak Bulus yang masuk ke Tribun Timur. Saat itu bobotoh Persib yang bertandang terdiri dari beberapa komunitas, seperti : Balad Persib, Jurig, Stone Lovers, ABCD, Viking, dan lain-lain.
Pada masa itu komunitas yang paling banyak anggotanya adalah Balad Persib. Meskipun situasi saat itu terbilang cukup panas dan hampir terjadi bentrokan dengan Jackmania, namun akhirnya bisa diredam. Bahkan antara bobotoh Persib dan Jackmania saling berjabat tangan.
Usai pertandingan, rombongan bobotoh Persib didampingi Jackmania menuju bus sambil bersama-sama menyanyikan lagu “Halo Halo Bandung”. Penerimaan Jackmania yang begitu bersahabat tersebut membuat bobotoh bermaksud membalasnya dengan mengundang mereka datang ke Bandung saat putaran 2.
Pembicaraan kedua perwakilan suporter berlangsung lancar lantaran salah seorang Pengurus Jackmania yang bernama Erwan rajin ke Bandung. Kebetulan Erwan punya usaha membuat kaos dan memesannya di Bandung. Hubungan Erwan dengan Ayi Beutik sangat dekat sekali. Bahkan kabarnya Erwan yang saat itu masih membujang tertarik dengan adik perempuan Ayi Beutik. Oleh sebab kedekatan keduanya itulah, maka Ayi sebagai Panglima Viking mengundang Jackmania hadir ke Bandung melalui Erwan.
Tawaran Viking ternyata disambut baik oleh Jackmania. Mereka bermaksud hadir ke Bandung ketika tejadi partai tandang antara Persib dan Persija. Lalu Jackmania membentuk kepanitiaan dan mengutus Sekretaris Umum dan Bendahara Umum Jakmania yang saat itu dijabat oleh Faisal dan Danang. Mereka berdua bertugas membahas masalah tiket hingga tribun Jackmania dengan Panpel Persib.
Setelah mendengar berita itu, para bobotoh rapat dibawah pimpinan sang Panglima Viking, Ayi Beutik. Pada saat itu para bobotoh mempertanyakan tindakan apa yang harus diambil oleh mereka ketika para Jackmania datang. Pada saat itu Ayi Beutik mengatakan agar para bobotoh memperingatkan Jackmania agar jangan macam-macam (bikin ulah). Kalau bikin ulah, pukul saja.
Kronologis seperti ini. Saat pelaksanaan, ternyata Jackmania yang datang membludak. Dalam pembicaraan semula, jumlah Jackmania yang akan hadir berjumlah 400 orang, namun kenyataannya berkembang menjadi 1000 orang. Tentu saja hal ini membuat panitia Jackmania yang belum berpengalaman mengkoordinasikan anggotanya untuk nonton tandang menjadi kewalahan. Akibatnya jam keberangkatan mereka pun sempat tertunda dan baru bisa berangkat ke Bandung jam 12 siang.
Saat itu rombongan Jackmania terpecah menjadi 3 rombongan. Bis pertama berangkat terlebih dahulu karena mau ganti ban, lalu disusul rombongan kedua berjumlah 4 bis dan rombongan terakhir juga memakai 4 bis tambahan. Panitia masih ragu apakah semua Jackmania akan mendapatkan tiket, sebab sesuai dengan kesepakatan awal, jumlah yang berhak mendapatkan tiket dan sudah disetujui Panpel Persib cuma 400 orang. Lalu bagaimana dengan sisanya ?
Bis pertama datang lebih dulu di Stadion Siliwangi. Kedatangan Jackmania disambut baik oleh Viking dan langsung mempersilahkan mereka masuk ke stadion. Padahal waktu itu mereka belum membawa tiket. Sementara itu diluar stadion, bobotoh persib yang hadir semakin banyak. Sebagian oknum bobotoh ada yang mendatangi Jackmania dengan prilaku yang kurang simpatik. Mereka malah langsung memukul anggota Jackmania yang datang. Mereka salah mengartikan perintah Panglima Viking. Suasana akhirnya menjadi kacau. Ayi sangat menyesalkan kejadian ini yang akhirnya menyeret kedua suporter ke dalam perseteruan yang berkepanjangan.
Melihat situasi yang kurang kondusif, Viking meminta agar rombongan Jackmania yang sudah terlanjur masuk ke dalam stadion untuk keluar dulu, sambil menunggu rombongan Jackmania lainnya. Mereka menuruti kemauan Viking. Namun diluar stadion terjadi peristiwa yang tidak diinginkan. Beberapa orang anggota Jackmania mendapat perlakuan kasar dari bobotoh Persib, yaitu dipukul    menggunakan kayu. Salah seorang diantaranya sempat jatuh tersungkur berlumuran darah yang keluar dari kepalanya.
Situasi di Stadion Siliwangi saat itu semakin panas. Guna meredam situasi, rombongan Jakmania kembali diungsikan menjauh dari stadion. Perwakilan Viking berinisiatif mengajak rombongan pertama Jackmania tersebut agar bergabung dengan rombongan lainnya yang lebih banyak jumlahnya, sambil meminta maaf terhadap kejadian tersebut. Mereka marah dan tidak bisa menerima perlakuan bobotoh Persib terhadap rekan mereka. Bahkan untuk berjabat tangan pun mereka tidak mau menerimanya.
Akibat kejadian pemukulan yang dilakukan oknum bobotoh Persib, Jackmania mengurungkan niatnya menonton pertandingan laga tandang tim kesayangannya dan bermaksud kembali ke Jakarta. Saat rombongan mereka akan keluar Stadion Siliwangi, terjadi lagi serangan yang dilakukan sebagian oknum bobotoh Persib yang berada di luar stadion. Keributan pun sempat terjadi yang menyulut api dendam yang berkepanjangan.
Sejak kejadian tersebut menimbulkan luka di hati Jackmania. Mereka tampaknya merasa dendam terhadap perlakuan anggota Viking. Ketika bobotoh ke Jakarta untuk menonton pertandingan PSSI melawan Irak, giliran bobotoh yang dipukulin Jackmania. Perselisihan pun akhirnya semakin tajam diantara kedua suporter.
Puncak kejadian berikutnya adalah aksi balas dendam yang dilakukan Jackmania terhadap Viking. Kejadiannya bermula saat ada acara “Kuis Siapa Berani” di Stasiun TV Indosiar. Saat itu kedua kubu diundang untuk mengisi acara tersebut. Pada saat acara berlangsung, sebenarnya berlangsung sukses dan tidak terjadi apa-apa. Kebetulan acara tersebut dimenangkan oleh Tim Viking.
Entah bagaimana asal muasalnya, salah seorang bobotoh Persib mengejek tim Jackmania dengan kata-kata “Jakarta Banjir” yang membuat mereka tersinggung sehingga memancing keributan.
Dalam waktu singkat banyak suporter Jackmania yang datang ke lokasi kejadian. Mereka bermaksud menyerang para bobotoh. Suasana semakin tidak terkendali yang membuat Polisi akhirnya mengungsikan rombongan Viking.
Apa yang sudah dilakukan aparat keamanan ternyata sia-sia. Ketika rombongan Viking bermaksud kembali ke Bandung, terjadilah penghadangan oleh Jackmania di pintu tol Kebun Jeruk. Perkelahian tidak seimbang tidak bisa terelakkan lagi, antara rombongan Viking yang sedikit dengan rombongan Jackmania yang berjumlah banyak. Tak ayal lagi Viking menjadi bulan-bulanan Jackmania.
Sejak kejadian tersebut nama Jackmania ikut tercoreng. Media menuding Jackmania tidak menerima kekalahan mereka sehingga menyerang Viking. Masyarakat Bandung pun ramai-ramai ikut menghujat yang membuat perseteruan semakin kental. Kedua kubu semakin menanamkan kebencian terhadap lawannya kepada anggota baru komunitas mereka. Misalnya dengan membuat kaos dan lagu yang bersifat menghujat.
Sampai sekarang permusuhan bobotoh dan Jackmania belum berakhir, bahkan justru semakin seru. Hal ini dipicu dengan adanya dukungan Bonek, sebutan suporter sepak bola asal Kota Surabaya. Tidak mau kalah, Jackmania juga bergabung dengan Aremania yang notabene adalah musuhnya Bonek. Kini semakin lengkaplah cerita kedua suporter itu dalam perseteruannya.
E. Bisnis yang Dikelola Viking Persip Club (VPC)
Sejak Ayi Beutik menjadi Panglima Viking dan Heru Djoko menjabat sebagai Ketua Umum Viking, keberadaan VPC semakin solid. Keduanya kompak dalam membangun suporter Persib yang kuat dan disegani. Mereka berdua memiliki banyak andil dan jasanya dalam membesarkan Viking. Mereka bisa saling mengisi satu sama lainnya. Disamping nama kedua dedengkot Viking tersebut, ada juga nama lain yang turut berjasa, seperti Dodi “Pesa” Rokhdian, Hendra Bule dan Aris Primat.
Heru Djoko merupakan Ketua Viking yang cerdas dan cukup jeli dalam melihat peluang bisnis. Dia mengajarkan kepada para bobotoh bagaimana cara berbisnis untuk Viking. Tidak sedikit pula para pengusaha yang tertarik menjalin kerjasama yang saling menguntungkan. Namun Heru dan Ayi tidak serta merta langsung menyetujuinya. Mereka berdua benar-benar selektif dalam menjaring pengusaha yang akan menjadi mitra bisnisnya.
Salah satu cara yang dilakukan Heru dan pengurus lainnya dalam mencari peluang bisnis yang tepat adalah dengan melakukan riset kecil-kecilan. Mereka menyebar angket kepada para bobotoh yang isinya berupa pertanyaan seputar kebutuhan para anggotanya. Hasilnya berupa sekumpulan daftar kebutuhan bobotoh seperti kaos anggota, kemeja, syal, topi, pin dan sebagainya. Hal ini tentu membuka peluang usaha yang jelas dengan market yang jelas pula. Adanya kegiatan ini bisnis ini bisa menyebabkan masuknya income buat pribadi bobotoh yang ikut menjalankan bisnis ini maupun buat organisasi VPC itu sendiri.
Secara umum terdapat tiga jenis usaha yang saat ini dikembangkan oleh VPC, yaitu :
1. Viking Original Fanshop
Konsepnya persis seperti cloting pada umumnya, namun perbedaanya terdapat pada antribut-atributnya yang sangat kental berbau Persib. Barang yang dijual seperti marchandise ataupun souvenir Viking dan Persib yang resmi dekelola oleh VPC.
Usaha dibidang ini terletak di Jalan Banda, tidak jauh dari Stadion Siliwangi Bandung dan Wisma Darma Bakti, tempat menginap para emain Persib. Produk yang dijual tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan para anggota Viking, namun juga terbuka untuk umum.
2. Viking Recorder
Kota Bandung sudah dikenal luas memiliki banyak  budayawan, seniman dan musisi ternama. VPC merasa tertantang untuk menciptakan kreativitas baru yaitu pembuatan CD Viking kompilasi persib. Dalam CD ini terdapat lagu-lagu yang sengaja dibuat oleh para musisi kota Bandung sebagai wujud kecintaannya terhadap Persib.
Pada 2002 dan 2004, VPC telah melahirkan album kompilasi yang berisi lagu-lagu bertema Persib. Lagu-lagu tersebut dimainkan oleh penyanyi dan Band ternama asal Kota Bandung, seperti Pas Band, Mocca, Serius, Kang Ibing, dan Doel Sumbang. Kontribusi mereka sangat berarti bagi kemajuan VPC dan Persib Maung Bandung.
Berdasarkan data penjualan, ternyata album Viking Kompilasi 1 sudah terjual sekitar 30.000 kopi. Bahkan konon kabarnya masih dirilis ulang dengan kemasan baru, sesuai permintaan pasar. Sedangkan album Viking Kompilasi 2, angka penjualannya mencapai 20.000 kopi. Berikutnya direncanakan Viking akan membuat album ketiga yang lebih baik dari album-album sebelumnya.
3. Suporter Tour Company
Usaha ini masuk dalam sektor jasa, yaitu melayani bagi siapa saja yang bermaksud menyaksikan laga Persib diluar kota dengan nyaman dan aman. VPC menyediakan pelayanan pembelian tiket, sarana akomodasi dan transportasi yang diberi nama Viking Suporter Tour Company. Jenis usaha ini hampir sama dengan bisnis Tour dan Travel yang dikelola oleh sarjana lulusan akademi perhotelan.
Anggota Viking yang ikut dalam rombongan Suporter Tour Company, selain menonton laga Persib, juga diajak jalan-jalan mengunjungi tempat-tempat wisata yang terdapat di daerah tersebut.
F. Kembalinya “Panglima Viking” ke Pangkuan-Nya
Nasib, umur dan jodoh, kata orang semuanya ada ditangan Tuhan. Siapa sangka kalau kepergian Ayi Beutik, Sang Panglima Viking dari Timur dirasakan begitu cepat. Ternyata Allah SWT sudah menetapkan takdirNya agar Bapak para bobotoh Persib ini kembali ke PangkuanNya. Tepat pada Sabtu (9/8/2014) sekitar pukul 13.00 WIB, Ayi Beutik menutup mata selama-lamanya di Rumah Sakit Advent Bandung.
Kepergian Ayi menghadap Sang Khalik bermula saat dirinya mengalami kecelakaan tunggal di daerah Dago pada Kamis, 24 Juli 2014 yang lalu. Saat itu sepeda motor yang dikendarainya terjatuh yang menyebabkan dirinya sempat tidak sadarkan diri dan harus dirawat secara itensif di Rumah Sakit Advent, Jalan Cihampelas, Kota Bandung. Ayi meninggal setelah sebelumnya sempat di operasi dua kali karena mengalami penipisan bantalan tulang punggung.
Sejak kepergian Ayi yang meninggalkan kesedihan mendalam bagi keluarganya, ribuan ucapan belangsungkawa berdatangan, termasuk diantaranya dari Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, Para pemain Persib, Official Persib dan para tokoh masyarkat lainnya.
Almarhum Ayi Beutik sempat disemayamkan di rumah duka yang terletak di kawasan Kompleks Griya Bandung Asri Amerta. Akhirnya Panglima Viking dari Timur ini dikebumikan di pemakaman keluarga di daerah Banjaran, Kabupaten Bandung. Selamat jalan Mang Ayi, semua bobotoh kehilanganmu
G. Pandangan Terhadap Kepergian Panglima Viking
1. General Coordinator Panpel Persib, Budi Bram, saat diwawancara oleh PRFM, Sabtu (9/8/2014) :  ”Beliau tak pernah membeda-bedakan orang berdasarkan jabatan dan kedudukan. Bagi mang Ayi semua orang sama saja dan dia selalu menganggap teman pada siapapun“.
Menurut Budi, Mang Ayi (panggilan akrab Ayi Beutik) merupakan orang yang egaliter. Terbukti selama masa perawatan di Rumah Sakit sampai ajalnya dijemput, orang yang membesuknya datang silih berganti.
Mang Ayi bukan hanya milik Bobotoh, Viking, tetapi milik seluruh kalangan. Disamping itu, sifat Mang Ayi yang tulus dan total mendukung Persib tak dapat dilukiskan,” katanya dengan haru.
Budi yang sudah menganggap Ayi bagai saudaranya sendiri itu menambahkan, “Pribadinya yang unik dan luar biasa membuat mang Ayi amat dikenang dan membekas dalam ingatan. Konsistensi juga konsekuen terhadap pilihan tentu membuat kagum saya beserta teman-teman“.
2. Heru Djoko, Ketua Umum Viking saat diwawancari http://Okezone.com mengatakan bahwa Ayi Beutik dimatanya dikenal sebagai sosok yang idealis dan mempunyai tempat tersendiri di hati para bobotoh.
3. Tatan, Striker Persib yang juga mantan pemain Persikab Kabupaten Bandung, seperti dikutip dari situs http://goal.com menilai dedikasi Ayi Beutik kepada klub Maung Bandung itu selama ini tak ternilai.
Peran Bobotoh seperti Ayi Beutik cukup memengaruhi pemain, karena tanpa suporter, ibarat sayur tanpa garam, buat motivasi,” katanya menambahkan.
4. Manajer Persib, Umuh Muhtar, seperti dilansir dalam situs http://tempo.co (Sabtu, 9/8/2014) mengatakan, “Ayi sosok yang berani, bisa dipercaya, dan tulus. Dia tidak hitungan menyediakan waktu. Kami sangat kehilangan dan berduka.
5. Kapten Tim Persib, Atep, dalam liputan Http://berisatu.com (Sabtu, 9/8/2014) menyatakan kehilangan sosok yang selama ini menjadi bagian penting dari dinamika suporter tim Persib itu. Dia mengatakan, “Ia sosok bobotoh sejati dengan komitmen kuat bagi Persib, kami sangat kehilangan”.
Sementara itu dalam situs http://simomot.com, Kaptem Tim Persib tersebut menambahkan, “Yang pasti beliau berani, tegas dalam memimpin, dan nyentrik. Saya mengenal Mang Ayi cukup lama sekali. Ketika Mang Ayi berada di pinggir lapangan, (pemain) selalu merasa tenang, (Ayi) selalu membakar semangat (pemain)”.
6. Istri Ayi Beutik, Mia Dasmawati berpendapat kalau almarhum suaminya dikenalnya sebagai sosok kepala rumah tangga yang bertanggungjawab dan memiliki sifat humoris. Bahkan pada Jumat (8/8/2014) malam, pasangan hidupnya itu sempat bercanda dengannya meski dalam keadaan tergolek lemas.
Semalam masih ingat, masih sempat bercanda sama saya,” ucap Mia kepada http://Okezone.com.
Menurut Mia, sebelum meninggal dunia, Ayi bermaksud ingin bertemu dengan pemain Persib. Sayangnya keinginan itu terwujud setelah  Panglima Viking tersebut terbujur kaku.
7. Dirijen Viking, Yana Umar, merasa sangat kehilangan sosok yang selama ini melindunginya, seperti ditulis dalam situs http://simomot.com. Kepergian Ayi jelas cepat dan membuatnya sedih. Apalagi Ayi adalah sahabatnya sejak kecil dan hubungannya begitu dekat, layaknya bersaudara.
Dari kecil satu RT, teman main dari kecil. Mang Ayi sudah seperti kakak bagi saya. Walaupun dia suka bercanda, tapi suka memberikan motivasi,” ungkap Yana dengan nada sedih.
8. Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan (Aher), yang ikut melayat ke rumah duka di kawasan Pasirluyu, Kota Bandung, Sabtu (9/8/2014) petang, mengaku sudah cukup lama mengenal sosok Ayi yaitu sejak 2008. Ia pun cukup mengenal Ayi dan menganggapnya sebagai sahabat.
Saya memandang beliau lebih seorang sahabat, saya pernah ke rumahnya, ke kampung halamannya,” ujar Aher.
Aher menilai sosok Ayi Beutik termasuk orang yang sangat konsisten, terutama dalam mendedikasikan seluruh hidupnya untuk tim kesayangannya, Persib Bandung. Berkat tindakannya, Persib semakin dicintai masyarakat. Dia mengenal Ayi sebagai sosok pemersatu beberapa kelompok bobotoh yang sebelumnya memiliki berbagai kelompok bobotoh dan sering saling bersinggungan.

BERITA DUKA - Panglima Viking Ayi Beutik Meninggal Dunia

BERITA DUKA - Panglima Viking Ayi Beutik Meninggal Dunia
Sekretaris Jenderal Viking Persib Club, Budi Bram Rahman memastikan kebenaran kabar kematian Panglima Viking Ayi Beutik.
"Beliau meninggal hari ini pukul 13.00 di ICU RS Advent," kata Bram di RS Advent, Sabtu (9/8/2014).
Perwakilan organisasi, ia mengatakan meminta dimaafkan segala kesalahan dan segala amal ibadahnya diterima di sisi Tuhan yang maha kuasa.
"Untuk teman-teman, mohon diikhlaskan teman kita Mang Ayi. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan," ujarnya.
Sementara itu, Ayi sendiri akan dimakamkan hari ini di makam keluarga di Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung. Sebelum dimakamkan, Ayi akan dibawa ke rumah mendiang orang tua di Gang Nata Jalan Ancol Karapitan lalu dibawa ke rumahnya di Komplek Griya Bandung Indah (GBA).
"Almarhum meninggalkan satu istri dan dua orang anak. Kami sangat merasa kehilangan," ujar salah seorang saudara Ayi Beutik. (men)

Sosok Ayi Beutik di Mata Atep, Istri, dan Sahabat

Gelandang Persib Bandung, Atep, punya penilaian khusus terhadap sosok almarhum Ayi Beutik sebagai panglima Viking Persib Fans Club. Ia mengenal Ayi sebagai pembakar semangat pemain 'Maung Bandung' saat bertarung di lapangan.

"Yang pasti beliau berani, tegas dalam memimpin, dan nyentrik. Saya mengenal Mang Ayi cukup lama sekali. Ketika Mang Ayi berada di pinggir lapangan, (pemain) selalu merasa tenang, (Ayi) selalu membakar semangat (pemain)," ujar Atep, Sabtu (9/8/2014).

Sepeninggal Ayi, ia berharap hal itu makin membuat para pemain Persib untuk makin berprestasi. Apalagi berkat sentuhan Ayi, tidak bisa dipungkiri dukungan bobotoh bagi Persib kini menadi luar biasa.

"Mudah-mudahan ini makin membakar semangat untuk memberikan yang terbaik," ungkapnya.

Sementara di mata istri Ayi Beutik, Mia Dasmawati, Ayi dikenal sebagai sosok humoris. Bahkan pada Jumat (8/8/2014) malam, Ayi sempat bercanda dengannya meski dalam keadaan tergolek lemas.

"Semalam masih ingat, masih sempat bercanda sama saya," ucapnya.

Sebelum menghembuskan napas terakhirnya, menurutnya Ayi punya keinginan khusus. Ia ingin bertemu dengan pemain Persib. Tapi hal itu baru tercapai setelah Ayi terbujur kaku.

Sementara bagi Dirijen Viking, Yana Umar, kepergian Ayi jelas begitu menyesakkan. Apalagi Ayi merupakan sahabatnya sejak kecil.

"Dari kecil satu RT, teman main dari kecil. Mang Ayi sudah seperti kakak bagi saya. Walaupun dia suka bercanda, tapi suka memberikan motivasi," pungkas Yana.

Saat ini, jenazah almarhum disemayamkan di rumah duka. Minggu (10/8/2014) pagi, rencananya Ayi akan dimakamkan di kawasan Banjaran, Kabupaten Bandung. Keberangkatan Ayi rencananya akan diantar oleh para bobotoh.

10 Kutipan Paling Menarik Ayi Beutik

Ayi Beutik meninggal dunia siang ini [9/8] di Rumah Sakit Advent, Bandung.
Sebagai Panglima Viking Persib Club, dia masyhur karena sikapnya yang tanpa kompromi dalam mengobarkan rivalitas. Bagi kalangan di luar publik Bandung, dia kontroversial karena — di tengah desakan banyak pihak untuk mengurangi kekerasan sepakbola — dia tetap saja bersikukuh mengobarkan aroma permusuhan.
Dengan segala kontroversinya, Ayi Beutik adalah nama penting dalam sejarah perkembangan dunia suporter sepakbola di Indonesia. Suka atau tidak, dia telah mewarnai tribun stadion di Indonesia dengan caranya sendiri. Menuliskan sejarah perkembangan dunia suporter sepakbola tanpa sekali pun menyebutkan namanya praktis merupakan hal yang mustahil.
Simaklah beberapa kutipan pernyataan Ayi Beutik yang kami pilihkan untuk menggambarkan bagaimana karakternya di dunia suporter dan dalam kultur tribun di Indonesia.
1. (Para pemain hendaknya) bertarunglah seperti lelaki, perlihatkan totalitas dan perjuangan yang tinggi, karena pada saat yang bersamaan pun saya dan bobotoh lainnya ikut bertarung sama kerasnya dengan para pemain di lapangan.
2. Bagi orang Bandung mendukung  Persib tak ubahnya sebuah warisan. 
3. Mendukung Persib itu bukan karena ajakan tapi dari hati dan turun temurun 
4. Ketika harga diri dan kebanggaan kita terusik, saat itu kita mesti bangkit. Membela harga diri ternyata membanggakan dan rasanya begitu indah.
5. Dosa saya itu yang membuat Bandung dan Jakarta dengan puluhan ribu massa sampai berantem. Itu kesalahan saya.
6. Biarkan permusuhan ini tetap abadi.
7. Suka duka menjadi panglima? Dukanya, merepotkan orang tua saat ditahan (Polisi).
8. Kalau nggak ada Persib ya berhenti, sampai bubar Persib. Kalau Persib nggak bubar ya terus aja.
9. Persib adalah harga diri saya dan jika harus menghitung untung dan rugi pada sebuah dukungan, maka dukungan itu menjadi tidak murni lagi, Persib telah memberi saya segalanya.
10. Jayalah Persibku [nama yang diberikan Ayi Beutik untuk anaknya]

Transformasi Mencari Bentuk


Mungkin manusia ditakdirkan untuk hidup dan berdosa. Hanya untuk mengurai kesempurnaan yang tidak berbilang. Tetapi siapa yang mampu menilai sebuah kesempurnaan? bukan aku, kamu, kalian, maupun yang lainnya. Meluncur begitu saja diantara kaki-kaki bukit hitam yang licin serta berbau amis darah. Toh, dosa sudah lama tak dikunjungi lagi. Meminjam istilah Anton Kurnia, yang dikutip dari bukunya “Dunia tanpa Ingatan”, setelah “tidur panjang” selama lebih dari tiga puluh tahun serta “mimpi buruk” penindasan struktural dan penjajahan kultural yang nyaris tak kunjung usai, kita terbangun bagaikan kumpulan kanibal “yang lupa pada kodratnya sebagai manusia.” Seolah menggambarkan kegetiran yang menimpa perasaan sebagian besar bobotoh di awal musim penyelenggaraan kompetisi Indonesia Super League ini. Karena akibat kebrutalan dan kebodohan sebagian oknum bobotoh yang dilakukan ketika PERSIB mengalami sebuah kekalahan pada awal kompetisi. Akibatnya seluruh bobotoh dan semua pihak yang secara tulus mencintai tim ini pun ikut terkena imbas bagaikan sebuah efek domino. Salah satunya dimana bagaikan seorang pesakitan, kita tidak diperkenankan menggunakan attribut kebanggaan, kala mendukung tim kebanggan secara langsung. Akibat aturan absurd yang dibuat oleh orang-orang tidak profesional yang memimpin jalannya kompetisi ini.
Tahun memang telah berganti, bukan bermaksud underestimate atau bahkan berfikir utopis. Namun ketakutan dan kecemasan hal serupa terjadi kembali, selalu menghantui pikiran pihak-pihak yang mencintai tim ini secara tulus. Karena bukan tanpa alasan kekhawatiran seperti ini akan terjadi kembali, seolah-olah tanpa jera dan perasaan tersakiti, kejadian serupa terus berulang-ulang hampir di setiap tahun nya. Bahkan dengan alibi yang mereka perkuat di dalam benak diri, dan cenderung seperti mencari pembenaran-pembenaran lain yang sifatnya tabu, bahkan hanya mengada-ngada belaka.
Semoga saja seiring bertambahnya usia bumi ini, beriringan pula dengan harapan dan mimpi kita menjadikan bumi ini lebih indah dan sedikit beradab. Why not! Kalau mengutip perkataan bijak K.H. Abdullah Gymnastiar, “Mulailah dari diri sendiri... Mulailah dari hal yang kecil... Mulailah dari sekarang” Cheers!

Aremania - Viking Korban Sebuah Propaganda

Bagi sebagian orang yang akun Facebook nya ikut bergabung dengan sebuah grup yang bernama Aremania-Viking Satu Warna Bukan Musuh, mungkin pada saat itu terheran-heran, karena begitu saja para admin di grup ini merubah nama grup menjadi Aremania-Bobotoh. Loh memang ada apa? Tidak lama kemudian rasa penasaran di benak saya pada saat itu pun bisa langsung hilang, ketika ada sebuah message yang masuk pada akun Facebook saya yang dibuat oleh admin grup tersebut yang kebetulan dari pihak Aremania. Mungkin belum semua orang membaca, maka dari itu saya reply kembali isi surat tersebut, isinya kurang lebih sebagai berikut:

Salam Satu jiwa. Salam Satu warna. !!
Menanggapi kejadian Aremania tour jakarta 28 mei – 1 juni 2010.
Sangat disayangkan melihat kondisi yang ada saat ini, Grup ini didirikan saat ISL 2010 ini memasuki pekan – pekan awal putaran pertama sebelum arema-persib bertanding di musim ini. Pertama kali tujuan terbentuknya grup ini yaitu memperjelas hubungan antara aremania-viking. kita ketahui sendiri aremania - viking sebelum ISL musim ini bisa dibilang hubungan yang harmonis hampir tidak ada konflik yang terjadi antara Aremania – Viking. Ungkapan “Hubungan yang harmonis” ini juga bukan suatu ungkapan belaka tapi dilihat dari sisi kenyataan yang ada, apa pernah aremania-viking terlibat bentrokan yang parah sampai timbul korban luka. Lantas kenapa Sebelum ISL musim 2010 ini hubungan Aremania-Viking terlintas tidak begitu baik? Kita pasti sadar Aremania merupakan Sahabat baik dengan The Jakmania yang notabene ialah musuh dari Viking, begitupun juga sebaliknya Viking merupakan dulur dari Bonek yang notabene ialah musuh dari aremania. Hal di atas itulah yang membuat hubungan Aremania – Viking seolah-olah kurang harmonis karena sahabat dari masing-masng kelompok sama-sama musuh bebuyutan dari situlah muncul anggapan aremania-viking adalah musuh, dan dari situ juga sering terjadi provokasi dari kelompok lain.
Itu mungkin fakta yang ada dan kami merasa gagal dalam pembentukan grup ini, mohon maaf untuk pihak-pihak yang dirugikan, akibat insiden yang terjadi saat keberangkatan-kepulangan aremania di wilayah jawa barat. Tujuan grup ini yaitu meluruskan dan memperkokoh keharmonisan hubungan antara Aremania – Viking, namun kita semua tidak tahu ternyata berakhir seperti ini. Grup ini gagal meluruskan hubungan Aremania – Viking dan kita biarkan saja Hubungan Aremania – Viking Berjalan apa adanya melihat fakta-fakta yang ada pada masa lalu, sekarang dan esok tanpa ada grup ini. Saat ini terserah anda, opini public, pendapat personal anda pribadi tentang hubungan Aremania – Viking itu sendiri. Anda sendiri dapat menilai pengaruh kelompok supporter lain yang membuat hubungan Aremania – Viking sekarang seperti ini.
Grup ini akan segera dibubarkan. Tapi perlu diketahui oleh banyak pihak yang belum paham AREMANIA DAN VIKING TIDAK PERNAH SALING BENTROK DAN SERANG SEBELUM KEJADIAN 28 MEI - 1 JUNI 2010 INI.
Terima kasih atas kerjasamanya.
Salam satu Warna. Salam satu Jiwa.

Harus diakui secara gentle jika argumentasi di atas memang benar, sejak kapan publik Bandung bermusuhan dengan publik Malang? Jauh sebelum kita berteman dan bersaudara dengan salah satu “fansclub”, Publik Bandung dan Malang dalam hal ini Viking/Bobotoh dan Aremania sering saling mengunjungi kala pertandingan away masing-masing team, dan tentu perjalanan laga away ini pun berjalan dengan sangat simpatik. Belum pernah terjadi sekalipun Viking/Bobotoh mendapatkan perlakuan yang tidak simpatik ketika di Malang begitu pun sebaliknya, semua berjalan dengan sangat lancar dan terkendali. Lalu kenapa hal yang sangat tidak terpuji seperti kemarin kala Aremania melakoni tour menuju Ibukota mendapatkan perlakuan yang sangat kurang simpatik dari publik di Jawa Barat? Inilah sejarah yang salah kaprah dan tentu harus segera diluruskan agar masalah ini tidak perlu berlarut-larut atau bahkan tidak berujung seperti perselisihan publik Bandung dengan tim Ibukota tentunya.
Sedikit melihat sejarah kebelakang mungkin kesalahpahaman ini terjadi pertama kali ketika Viking dan saudara tua nya Bonek menjalin sebuah ikatan brotherhood yang sangat baik dan mungkin yang pertama di dunia ketika dua fansclub berbeda tim bersatu dan terikat, dan terkenal dengan jargon Satu Hati yang terkenal seantero Negeri ini tentunya. Dan disaat yang sama pun secara tidak sengaja Aremania pun menjalin hubungan brotherhood yang serupa dengan publik Jakarta hal ini tentu saja dengan Jak Mania, yang terkenal dengan jargon Satu Jiwa nya. Mungkin disinilah awal pertentangan dan perpecahan Viking-Aremania bisa disebutkan dimulai, karena sangat terlihat posisi untuk Viking dan Aremania sangat-sangat tidak strategis. Disatu pihak Viking “sedulur” dengan Bonek dan Aremania “sedulur “ dengan Jak Mania, tentu semua orang penikmat sepakbola Nasional atau bahkan orang yang awam sekalipun terhadap dunia si kulit bundar tanah air pasti mengetahui jika Bonek-Aremania dan Viking-Jak Mania tidak pernah sepaham dan mempunyai sejarah perpecahan yang cukup panjang tentunya. Tetapi bukan berarti meskipun Viking “sedulur” dengan Bonek harus bermusuhan dengan Aremania? Begitupun sebaliknya meskipun Aremania “sedulur” dengan Jak Mania harus bermusuhan dengan Viking? Jika memang ingin bermusuhan dengan salah satu fansclub, ya sudahlah masing-masing saja, kenapa harus mengajak fansclub-fansclub lainnya untuk bermusuhan dengan fansclub yang kita benci?
Disinilah akar permasalahannya, ketika jargon Satu Hati dan Satu Jiwa ini mulai merekat pada ke empat fansclub tersebut, dipihak yang lain nampak dan nyaris tidak melakukan backup yang baik untuk membentengi agar hubungan Aremania dan Viking berjalan sebagaimana semestinya. Bahkan sering kita mendengar chants yang bernada olok-olok terhadap Aremania yang dilakukan publik Bandung di stadion kala PERSIB melakoni partai kandang. Sedikit ingin memberikan gambaran, sebenarnya apa yang salah dengan tim Arema memakai embel-embel Indonesia di belakang tim mereka? Bukankah nama PERSIB pun kepanjangan dari PERsatuan Sepak Bola Indonesia Bandung? Lalu apa bedanya dengan AREMA Indonesia yang kepanjangan dari AREk Malang (anak Malang) Indonesia? Secara susunan kata dan pemaknaan dibalik sebuah singkatan pun nyaris sama? Lalu apa yang menjadi sebuah permasalahan?
Bagaikan sebuah bom waktu yang setiap saat siap untuk meledak, perpecahan ini pun berjalan. Dan puncaknya seperti yang terjadi kemarin ketika rombongan Aremania melakukan laga away menuju Ibukota, mereka mendapatkan perlakuan yang kurang simpatik hampir di seluruh kawasan Jawa Barat, oleh oknum yang mengatasnamakan diri mereka sendiri “PERSIB banget”. Ada berbagai kabar burung yang beredar setelah pasca penyerangan kereta yang mengangkut rombongan Aremania ini? Ada yang menyebutkan ada anggota Aremania yang luka-luka lah, ada yang terjatuh dari kereta lah, bahkan ada berita yang mengabarkan kalau ada anggota Aremania yang meninggal dunia. Kebenaran berita ini sampai detik ini mungkin hanya Tuhan yang tau, karena belum ada pernyataan resmi dari pihak korban mengenai jumlah korban yang pasti. Namun satu yang pasti rombongan ini dilempari dibeberapa kota yang terletak di kawasan Jawa Barat bukan hanya oleh batu tetapi juga oleh Bom Molotov, pada saat melakukan perjalan pulang menuju kota Malang.
Sudah cukup korban sia-sia akibat permusuhan yang cenderung kesalah faham ini, sebelum berakhir dengan lebih parah tentunya. Tentu kita pun ingin bisa datang kembali ke Stadion Kanjuruhan Malang dengan perasaan tenang tanpa ada rasa ketakutan sedikit pun, begitu pun sebaliknya Aremania pun tentu ingin kembali menginjakan kaki mereka kembali ke Stadion Siliwangi seperti dulu. Karena kita mendukung PERSIB tidak hanya untuk laga kandang saja, kita pun tentu saja ingin merasakan atmosfer seluruh stadion yang berada di Republik ini. Semoga kejadian kemarin menjadi kejadian yang pertama dan juga untuk yang terakhir kalinya. Amin……..

Aremania-Viking bukan musuh. One Blue and One Indonesia
Jayalah Persibku… Jayalah Indonesiaku…

Ketika Sepakbola dan Kearifan Lokal Saling Menghormati


Tercengang dan terperanjat itulah reaksi saya ketika menyaksikan pertandingan lanjutan kompetisi ISL antara tuan rumah PSAP Sigli melawan Pelita Jaya (18/6) yang disiarkan di salah satu stasiun TV Swasta. Pada menit 30 tiba-tiba wasit yang memimpin pertandingan membunyikan peluit agar pertandingan yang sedang berlangsung berhenti untuk sementara waktu, hal ini bukan karena ada pemain yang cedera atau bahkan kerusuhan yang kerap terjadi di pertandingan sepakbola Negara ini. 
Atas kesepakatan kedua belah pihak sebelum memulai pertandingan, kubu PSAP Sigli dan Pelita Jaya Karawang bersepakat bahwa ketika Adzan Ashar berkumandang mereka sepakat untuk menghentikan pertandingan sementara waktu dan melanjutkan pertandingan ketika adzan selesai dikumandangkan. Hal ini bagi kita para penikmat sepakbola di tanah air maupun dunia merupakan sebuah barang yang sangat langka dan hebat. Bagaimana tidak pertandingan terhenti beberapa saat untuk menghormati umat Islam yang sedang mengumandangkan adzan untuk panggilan Shalat. Tidak lama kemudian, kurang lebih hanya sekitar 4 menit saja, wasit pun kembali melanjutkan pertandingan ketika adzan yang dikumandang sang muadzin pun selesai.
Seperti yang kita ketahui bersama, Aceh merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang menerapkan syariat Islam dalam kehidupan masyarakat sehari-harinya, seperti wajibnya seorang wanita Muslim untuk menggunakan jibab dan menutup aurat ketika mereka hendak keluar dari rumah. Disini saya sebagai penulis melihat sudut pandang yang sangat cantik, dimana kearifan local tersebut bisa berpadu dengan sebuah pertandingan sepakbola dan tidak sampai merugikan sama sekali pihak manapun. Respect!

Budaya Salah Kaprah Hooliganisme di Indonesia


HOOLIGAN; mungkin inilah sebuah kata yang saat ini sedang sangat populer dikalangan penikmat sepakbola Negeri ini. Nama Hooligan saat ini memang telah menjadi sebuah trend dikalangan supporter Indonesia layaknya Skinhead, Punk atau Mods. Contoh kecil, ratusan bahkan ribuan orang memakai nick name kata Hooligan ini pada akun jejaring sosial mereka. Belum lagi ratusan design tshirt/sweater/jacket yang menunjukan bahwa mereka si pemakai adalah seorang Hooligan Sepakbola sebuah tim di Indonesia. Dan masih banyak gejala sosial lainnya yang menunjukan Hooligan saat ini menjadi sebuah trend dikalangan para supporter di tanah air.

Tapi tahukah mereka apa arti sebenarnya dari kata Hooligan tersebut? Kata Hooligan sendiri tidak hanya berfungsi menjadi kata benda (noun) saja yang berarti pendukung fanatik tim Inggris. Dalam konteks yang lebih luas, Hooligan bisa pula berfungsi menjadi kata sifat (adjective), kata kerja (verb), dan kata keterangan (adverb). Semua kelompok kata tersebut mewakili perilaku, sifat, pekerjaan atau perbuatan, dan keterangan atau keadaan yang menggambarkan perilaku tidak sportif, tidak jantan, tidak mau mengakui dan menerima kekalahan, anarki, destruktif, serta fanatisme buta. Jadi, Hooligan bukan hanya ada dalam kamus persepakbolaan, melainkan juga dapat diadopsi dalam realitas yang lain, termasuk politik. Hooliganisme diartikan sebagai tindakan atau perilaku kekerasan dan destruktif. Istilah Hooliganisme sendiri sudah muncul sejak akhir abad ke 19 tepatnya pada 1898 di Inggris.

Hooligan sendiri mengandung artian fans sepakbola yang brutal ketika tim idolanya kalah bertanding. Hooligan merupakan stereotip supporter dari Negara Inggris, tetapi saat ini telah menjadi sebuah fenomena global. Sebagian besar dari para Hooligan ini merupakan para back-packer yang sangat berpengalaman dalam bepergian. Mereka sering menonton pertandingan yang sangat beresiko besar. Banyak dari mereka sering keluar masuk penjara karena sering terlibat bentrok fisik dengan supporter musuh maupun dengan pihak keamanan sebuah wilayah. Untuk mengantisipasi adanya kerusuhan, gaya berpakaian mereka pun sudah dipersiapkan dengan sangat matang untuk sebuah perkelahian. Mereka sangat jarang menggunakan pakaian yang sama dengan tim idolanya, dan memilih berpakaian asal-asalan agar tidak terdeksi oleh pihak keamanan dan pendukung musuh. Para Hooligan ini biasanya tidak duduk dalam satu tempat bersama-sama, tetapi berpencar-pencar. Dan satu yang pasti tujuan utama para Hooligan ini hadir dalam sebuah pertandingan yaitu ingin membuat sebuah keributan, dan menonton sebuah pertandingan menjadi tujuan mereka selanjutnya.

Lalu apakah keadaan ini sejalan dengan tingkah laku para supporter di Negeri ini? Jawabannya sudah pasti sangat jauh sekali. Dalam kamus para Hooligan, kehadiran mereka di arena pertandingan mungkin hanya menyanyikan dan mengumandangkan chants-chants tim kebangsaan mereka dan tidak pernah mengenal dengan yang nama nya tetabuhan tambur dan tari-tari an di dalam stadion layaknya supporter di Indonesia. Selain itu pun para Hooligan tidak mengenal dengan yang namanya flair berwarna dan berasap tebal atau beraneka ragam petasan yang selama ini sering terlihat dan menjadi ciri khas stadion-stadion di Indonesia (karena hal ini merupakan ciri khas para Ultras).

Sangat disayangkan Hooligan di Indonesia saat ini lebih diartikan menjadi sebuah trend bahkan fashion, karena namanya yang sangat keren dan kebarat-baratan. Mereka cenderung menjadi seorang fashion victim, yang memakai sesuatu tanpa tau maksud dan tujuan dibalik pakaian/atribut yang mereka gunakan. Memakai tshirt dengan kata-kata yang super menakutkan dan menunjukan seorang Hooligan sejati, tetapi untuk melakoni laga away saja harus berfikir berpuluh-puluh kali karena kota A dan B bukan bagian dari teman kelompok mereka. Apakah seperti ini layak menyandang ‘gelar’ seorang Hooligan? Inilah budaya salah kaprah yang terjadi dikalangan para pecinta sepakbola tanah air selama ini. Kenapa kita tidak percaya diri untuk memakai dan mengembangkan culture kita sendiri yang sudah turun menurun dan cenderung bangga memakai culture luar. Sudah saat nya kita semua kembali pada culture budaya kita sebagai orang timur, termasuk dalam hal menjadi seorang supporter sepakbola. Mengapa harus bangga menggunakan kata-kata Hooligan, Ultras, atau sejuta kata keren lainnya yang jelas-jelas bukan milik kita. Perkenalkan budaya kita pada dunia bukan kita yang menjadi korban budaya dunia.

Inter Island Cup (IIC) 2010 at Jakabaring Stadium Palembang; PERSIBA Balikpapan 2 - PERSIB Bandung 3


Inter Island Cup (IIC) 2010 at Jakabaring Stadium Palembang;
PERSIBA Balikpapan 2
PERSIB Bandung 3

Dalam laga perdana yang dilakoni skuad PERSIB Bandung dalam turnament IIC 2010 yang berlangsung di Stadion Jakabaring Palembang tadi malam, sangat terlihat permainan Cecep Supriatna dkk kurang begitu greget, meskipun kedudukan akhir 2-3 untuk kemenangan PERSIB. Hal ini nampaknya bisa cukup dimaklumi selain karena faktor pertandingan perdana yang dilakoni skuad PERSIB, faktor ketidakhadiran 5 pemain inti yang sedang menjalani pemusatan pelatihan timnas Garuda pun menjadi alasan yang kongkret. Selain itu pun harus diingat pula PERSIB dalam pertandingan tersebut belum diperkuat 2 pemain asing Asia, yang semoga secara skill dan kualitas nya diatas rata2 pemain yang telah ada.
Hal ini sangat terlihat mencolok pada sektor pertahanan tim PERSIB, dimana 2 orang yang bertugas entah itu menjadi seorang stoper, libero, atau center back belum bekerja secara maksimal dan terjalin nya sebuah komunikasi yang cukup baik di lapangan. Beberapa kali pun offside trap yang diterapkan gagal dijalankan dengan baik dan selalu lambat untuk menutup pergerakan para striker lawan, untung nya penyelesaian akhir sang top skor ISL musim lalu Aldo Baretto pun kurang begitu baik. Hal ini sangat lah berbahaya jika PERSIB berhadapan dengan tim2 yang memiliki striker2 bertipikal petarung dan oportunis layaknya Keith Kayamba Gumps atau Boas Salosa.
Sedangkan posisi wing back kanan yang ditempati Wildansyah terlihat belum terbiasa atau masih sedikit canggung dengan pola 4 pemain sejajar di lini pertahanan yang diterapkan coach Darko, hal ini bisa dilihat dari kedua goal yang bersarang ke gawang PERSIB pun berawal dari serangan yang dibangun Eka Santika dkk dari sektor sisi kanan pertahanan PERSIB, sedangkan di posisi wing back kiri punggawa baru PERSIB musim ini Isnan Ali dengan segudang pengalamanya allhamdulilah bermain cukup taktis.
Di sektor tengah nampaknya coach Darko lebih memaksimalkan kedua sayap dibandingan serangan yang dibangun lewat tengah lapangan. Terlihat Esteban Viscara begitu jarang memberikan umpan2 cantiknya pada kedua striker, selain itu pun sepertinya bola terlalu nyaris jarang berlama-lama berdiam di kaki Viscara layaknya seorang konduktor permainan. Namun dibalik itu semua service bola mati seorang Viscara mempunyai kredit poin tersendiri, beberapa kali umpan manisnya memanjakan kedua striker termasuk goal ke dua PERSIB yg diselesaikan dengan baik melalui tandukan seorang Christian Gonzales.
Namun sayang permaina seorang Airlangga di babak pertama yang diplot sebagai sayap kanan bekerja tidak cukup maksimal, naluri seorang Airlangga sebagai seorang striker lebih menonjol, dimana Airlangga terlihat beberapa kali melakukan shoot ke arah gawang lawan yang nampaknya kurang efektif. Namun permainan Siswanto di sektor kiri cukup menjanjikan, beberapa kali Siswanto memberikan service2 yang cukup memanjakan kedua striker, malah beberapa kali Siswanto mengeluarkan skill bermain nya yang diatas rata2 untuk melewati hadangan pemain lawan.
Pada babak ke dua coach Darko memberikan kepercayaan pada pemain muda Jejen Zaenal, dan tanpa diduga permainan Jejen cukup begitu impresif di sisi kanan permainan, satu assist nya pun berbuah manis karena mengakibatkan seorang Dadic melakukan goal bunuh diri.
Dalam pertandingan tersebut pun terlihat coach Darko memainkan pola yang masih jarang diadopsi tim2 di Indonesia, formasi ini membutuhkan pemain dengan kualitas dan karakter menyerang, tetapi harus punya kesadaran untuk bertahan saat kehilangan bola. Selain itu, seorang yang diplot menjadi seorang gelandang bertahan pun harus disiplin akan posisi, tahu kapan naik dan kapan harus turun. Terlihat beberapa kali di lapangan coach Darko meneriaki Hariono untuk melakukan hal tersebut dan sadar posisi.
Untuk posisi striker sendiri nampaknya belum terjalin kerjasama dan komunikasi yang cukup apik antara seorang Christian Gonzales dan Pablo Frances, harus dimaklumi juga karena waktu nya pun belum lama untuk menemukan chamestry di antara keduanya, layaknya musim lalu ketika El Loco bertandem dengan Hilton Moreira. Tapi seiring jalan nya waktu insya Allah chamestry itu akan terbentuk dengan sendirinya.

*Semoga dipertandingan selanjutnya masih dalam gelaran Inter Island Cup (IIC) melawan Sriwijaya FC para punggawa PERSIB bermain lebih baik dan baik lagi, agar terbentuk nya sebuah tim yang kuat dan memiliki mental juara. Karna sebuah pertandingan uji coba bukan hanya untuk melihat hasil skor pertandingan tapi yang terpenting permainan yang ditampilkan untuk bahan sebuah evaluasi di pertarungan yang sesungguhnya. JAYALAH PERSIBKU!

PERSIB Bandung vs PSV Eindhoven; This is a Fact!


Ruud Gullit pernah merasakan langsung hangat nya rumput stadion Siliwangi apalagi berhadapan dengan tim terbaik sepanjang masa versi saya PERSIB Bandung. Yah, ini bukan sekedar isu atau bualan belaka, karena ketika secara tidak sengaja saya berbincang-bincang dengan salah satu Bobotoh kolot, beliau menceritakan bahwa pada Maret tahun 1988 PERSIB Bandung pernah kedatangan tamu istimewa salah satu tim terbesar pada masa itu PSV Eindhoven. Tentu saja saya tidak tahu, karena pada saat itu mungkin saya belum menjadi seorang bobotoh (baru berumur 3 tahun, mana ngerti sepakbola apalagi Ruud Gullit lol). Pada saat itu PSV Eindhoven sedang melakoni rangkaian tur Asia bersama sponsor abadi tim ini Philips. Dalam turnya kali ini, PSV Eindhoven dihadapkan dengan beberapa tim papan atas Indonesia. PERSIB Bandung yang saat itu menjadi salah satu tim yang paling bergengsi di tanah air diberi kesempatan melakoni partai uji coba istimewa ini, meskipun yang menjadi juara dan runner up di kompetisi Perserikatan musim sebelumnya 1987/1988 yakni PERSEBAYA Surabaya dan PERSIJA Jakarta.

Pasukan PSV Eindhoven yang diturunkan menurut informasi yang saya dapatkan pun bukan pemain kelas dua Eropa seperti kondisi tim PSV Eindhoven saat ini. Tapi tim yang diturunkan pada saat beruji coba dengan PERSIB memang benar-benar pemain kelas dunia pada masa nya. Selain Ruud Gullit yang pada saat itu sudah dipinang AC Milan dan tercatat sebagai pemain termahal dunia, PSV Eindhoven pun diperkuat beberapa pemain bintang lainnya seperti Ronald Koeman, Wim Kieft dan Eric Gerets yang pernah menjadi kapten timnas Belgia. PERSIB Bandung sendiri pada saat itu menurunkan skuad terbaik nya ketika menjuarai kompetisi Perserikatan 1986 antara lain El Capitano Adeng Hudaya, Bambang Sukowiyono, Wawan Hermawan, Dede Rosadi, Erik Ibrahim, Ade Mulyono, Djajang Nurdjaman, Sobur, Boyke Adam, Suryamin, Robby Darwis, Adjat Sudrajat, Iwan Sunarya, Wawan Karnawan, Ajid Hermawan, Ujang Mulyana, Sam Triawan. Dan diarsiteki oleh Nandar Iskandar dan Indra Thohir . Hasilnya pun sudah dapat ditebak, meskipun saat itu PERSIB menurunkan skuad terbaiknya, tapi apa daya mereka semua tidak berdaya dihadapan Ruud Gullit cs dan gawang Wawan Hermawan pun dibombardir 4 gol tanpa balas. Gol PSV Eindhoven sendiri pada saat itu dicetak oleh Willy Van De Kerkhof, Eric Gerets dan Ruud Gullit 2 gol. Namun ke empat gol tersebut kesemuanya di cetak di babak pertama. Masa lalu yang sangat indah….. apakah mungkin untuk saat ini seorang pemain terbaik dunia seperti Wayne Rooney atau bahkan Lionel Messi dapat merasakan hangatnya rumput stadion Siliwangi, yang saat ini lebih layak dikatakan kebun kentang dibandingkan sebuah stadion seperti yang diungkapkan coach Timnas Indonesia Afred Riedl.

PERSIB Bandung VS PERSIJA Jakarta; Rivalitas klub atau fansclub?


Sabtu 30 Oktober 2010 kemarin kembali hadir pertandingan yang digadang-gadang seluruh publik sepakbola Negeri ini sebagai pertandingan terpanas antara PERSIB Bandung vs PERSIJA Jakarta. Bahkan pertandingan PERSIB-PERSIJA ini secara ratting TV bisa menyaingi bahkan mengalahkan pertandingan sekelas Manchester United - Liverpool atau Barcelona - Real Madrid di TV swasta Republik ini. Tapi kali ini saya tidak akan mencoba membahas jalannya pertandingan tersebut, karena seperti yang kita ketahui bersama hasil nya sangat memuakan bagi kita para bobotoh.
Semua penikmat sepakbola negeri ini tentu sudah mengetahui rivalitas 2 tim terbesar negeri ini, antara PERSIB Bandung dan PERSIJA Jakarta. Bahkan rivalitas ini pun sudah hal yang lumrah yang diketahui oleh hampir seluruh masyarakat negeri ini, bahkan oleh masyarakat yang tidak interest terhadap persepakbolaan dalam negeri sekali pun. Rivalitas kedua tim ini sudah seperti layaknya rivalitas klub-klub dunia yang memang mempunyai culture dan sejarah rivalitas yang panjang seperti Boca Juniors-River Plate, Ajax Amsterdam-Feyenord, Manchester United-Liverpool, atau bahkan Barcelona-Real Madrid. Tapi apakah memang rivalitas ini layak disebut sebagai partai sepakbola terpanas dinegeri ini? dan kedua tim ini mempunyai culture rivalitas yang sudah mendarah daging dan turun menurun? dan layak dikatakan sebagai rivalitas terbesar di negeri ini?
Sedikit menilik kebelakang tentang sajarah kedua tim ini, sebenarnya PERSIB dan PERSIJA tidak memiliki sejarah rivalitas yang cukup panjang. Bahkan jika berbincang-bincang dengan beberapa bobotoh kolot yang sudah mendukung PERSIB dalam beberapa generasi, beliau semua hampir sepakat sebenarnya sejak jaman perserikatan dahulu PERSIB lebih memiliki rivalitas dengan tim-tim besar lainnya seperti PSMS Medan, PSM Makasar atau PERSEBAYA Surabaya. Lalu sebenarnya sejak kapan rivalitas kedua tim ini bermula? Karena seperti yang kita ketahui bersama PERSIJA merupakan tim yang bisa dikatakan baru dalam panas nya Liga Indonesia, meskipun dilihat dari segi usia PERSIJA jelas lebih tua dan lebih dahulu berdiri dibandingkan dengan tim PERSIB sendiri. PERSIJA resmi lahir dan berdiri di tahun 1928 sedangkan PERSIB sendiri resmi berdiri 5 tahun kemudian di tahun 1933. PERSIJA sendiri sama hal nya seperti PERSIB, dua tim yang diawal pembentukannya selain sebagai tim sepakbola merupakan salah satu alat perjuangan rakyat Indonesia dimasa penjajahan bangsa luar.
Seperti yang diakui oleh mantan ketua The Jakmania (fansclub tim PERSIJA) Ferry Indrasyarif yang kini menjabat sebagai assisten manager tim PERSIJA, dalam beberapa artikel yang dia buat sendiri maupun dari obrolan-obrolan yang terdapat di film trilogi The Jak yang dibuat oleh Bogalakon Pictures. Bahwa PERSIJA sejak dahulu memang kurang mendapatkan perhatian dan dukungan publik Jakarta sendiri, bahkan ketika kondisi tim ini sedang hebat-hebatnya di dekade ‘60 dan ’70 an, seperti ketika mereka menjuarai liga Perserikatan dimusim 1964, 1971 dan 1978. Karena di musim 1978/1979 ini lah musim terakhir dimana PERSIJA merasakan menjadi juara pada liga Perserikatan yang resmi ditutup musim 1993/1994. Namun kondisi ini berubah 180 derajat ketika fansclub Jakmania hadir dipertengahan taun 1997, lambat laun masyarakat asli Jakarta maupun pendatang yang membanjiri Ibukota mulai mendukung tim Macan Kemayoran ini, apalagi dengan hadirnya piala Presiden di Ibukota yang sudah absen selama hampir 2 dekade terakhir, yakni pada Liga Indonesia VII tahun 2001, bertambah besar lah dukungan publik Jakarta terhadap PERSIJA. Berbeda 180 derajat dengan tim PERSIB sendiri dari literature dan data yang saya dapatkan, sejak jaman baheula sampai saat ini memang publik Bandung selalu mensupport dan mendukung PERSIB, karena memang pada liga Perserikatan PERSIB merupakan salah satu tim besar yang cukup dikatakan sering merasakan gelar juara selain PERSIS Solo, PSM Ujungpandang (sebelum berubah menjadi PSM Makasar), PERSEBAYA Surabaya dan PSMS Medan.
Lalu sejak kapan rivalitas PERSIB dan PERSIJA ini bermula? Karena bila berkata sejarah, seperti yang telah disebutkan diatas justru kedua tim PERSIB dan PERSIJA tidak mempunyai rivalitas yang kuat dan cukup panjang? Jika sedikit beranalisis PERSIB dan PERSIJA sebenarnya hanya salah satu katalisator permusuhan kedua kota tim ini berasal Bandung dan Jakarta. Secara historis Bandung adalah bakal ibukota Negara ini di masa kolonial Belanda. Berbagai kantor pusat pemerintahan Negara seperti Kereta Api, atau Pos dan Telekomunikasi pun berada di kota Bandung.Namun, perkembangan politiklah yang menunjuk Jakarta sebagai ibukota Negara sampai detik ini. Sejak jaman dahulu Bandung dikenal selalu membuat segala sesuatu yang berbeda dengan kota-kota lainnya di Indonesia, sebaliknya Jakarta pun sebagai ibukota Negara menolak bahwa jika di beberapa hal kota Bandung memang lebih baik. Baik itu hal musik, fashion, gaya hidup anak muda sampai tempat nongkrong. Mungkin jika diibaratkan rivalitas ini sama seperti Ajax Amsterdam dan Feyenoord Roterdam.
Hanya sedikit gambaran sebenarnya rivalitas klub sepakbola di Negara yang mempunyai culture sepakbola yang kuat merupakan hal yang sangat lumrah, masih banyak derby Negara yang biasanya sangat ditunggu-tunggu oleh hampir seluruh penduduk Negara tersebut bahkan dunia. Berikut ini beberapa pertandingan sepakbola yang mempunyai rivalitas tinggi di beberapa negara di belahan dunia lainnya beserta latar belakang nya:
1. El Clasico: Boca Juniors – River Plate, latar belakang pembagian 2 kubu di kota Buenos Aires Argentina ini lebih pada pertentangan antara kelas bawah dan kelas menengah atas. Bahkan majalah The Observer terbitan Inggris tahun 2004 pernah menulis mengenai 50 tontonan olahraga yang harus disaksikan sebelum anda mati. El Clasico ini menempati urutan teratas.
2. De Klassieker: Ajax Amsterdam – Feyenoord Roterdam, kedua klub ini berasal dari dua kota utama di negeri Belanda. Feyenoord dari Rotterdam adalah kota pelabuhan utama di Belanda sedangkan Ajax dari Amsterdam adalah ibukota kerajaan Belanda. Sejak masa silam pelabuhan Rotterdam dikenal sebagai salah satu pusat jalur lalu lintas ekonomi Eropa, sebaliknya Amsterdam adalah singgasana para bangsawan yang mengatur Belanda secara ekonomi maupun politik.
3. Old Firm: Glasgow Rangers – Celtic, penyebab utama rivalitas ke dua tim ini adalah antara hal yang paling sentimental di dunia ini yakni agama, dimana penganut Protestan dan Katolik di Glasgow Skotlandia mendukung tim yang berbeda untuk menunjukan jati diri dan identitas mereka.
4. Della Capitale: As Roma – Lazio, politik merupakan akar dari rivalitas kedua tim ibukota Italia ini, dimana Aliran Kiri melawan Aliran Kanan atau kaum Buruh vs Kaum Mapan.
5. D’Italia: Juventus – Inter Milan, kedua klub meskipun berbeda kota dianggap mewakili 2 klub yang paling berprestasi terbaik di Serie A, kasus calciopoli yang menimpa Juventus beberapa musim kebelakang pun menjadi bumbu tersendiri bagi rivalitas ke dua klub ini.
6. El Classico: Barcelona – Real Madrid, sebagian besar penduduk Barcelona berasal dari bangsa Catalan dan Basque, dengan menggunakan bahasa daerah Catalan. Sampai saat ini bangsa Catalan ini menganggap diri mereka bukan bagian dari Spanyol dan menganggap Spanyol sebagai penjajah mereka. Jika diibaratkan kondisi nya di Indonesia seperti GAM FC /RMS FC vs PERSIJA Jakarta.
7. Istambul derby: Fenerbache – Galatasaray, rivalitas dua klub utama di liga lokal Turki dan juga pertentangan kelas pekerja melawan kelas aristokrat.
8. Superclasico: Penarol – Nacional, pertandingan terpanas sepanjang masa di liga lokal Uruguay, penyebab rivalitas kedua klub ini cukup begitu kompleks dimana mencakup masalah para imigran melawan para nasionalis di Uruguay, selain itu pun hampir sama dengan rivalitas kebanyakan klub di dunia yakni rivalitas kaum proletar melawan kelas atas. Sedikit catatan pertandingan derby Penarol – Nacional ini merupakan derby tertua diluar Inggris.
9. Superclasico: Club America – Guadalajara, selain memperebutkan title klub terbaik sepanjang masa di Mexico, juga klub yang banyak membeli pemain asing melawan klub yang bermaterikan warga asli. Selain itu pun Superclasico ini mirip dengan PERSIB - PERSIJA dimana isu Ibukota dan Provinsi menjadi bumbu utamanya.
Selain beberapa pertandingan di atas masih banyak pertandingan lainnya yang secara rivalitas sangat kuat dan mempunyai sejarah yang sangat-sangat panjang. Lain waktu akan saya coba bahas lebih lanjut.
Kembali pada rivaitas PERSIB – PERSIJA, masih terlalu jauh jika membandingan rivalitas kedua klub ini dengan rivalitas klub-klub dunia diatas. Yang menjadi pertanyaan saya pribadi dari dahulu, apakah rivalitas ini adalah rivalitas klub atau hanya rivalitas fansclub? Jika berdasarkan fakta yang terjadi dilapangan justru rivalitas ini lahir dan bermula sejak pecah nya permusuhan antara kedua fansclub terbesar kedua tim, yakni Viking Persib Club dan The Jakmania sekitar tahun 2000. Jika dilihat dari kacamata klub justru kedua tim ini jauh dari kata rivalitas, untuk memperebutkan title dua klub terbesar di negeri ini rasanya terlalu jauh, karena kedua klub ini pun sudah dikatakan cukup lama tidak merasakan gelar Juara PERSIB terakhir mendapatkannya di tahun 1994 sedangkan PERSIJA di tahun 1997. Jika berbicara prestasi 10 musim terakhir masih banyak klub yang lebih baik seperti PERSIPURA Jayapura atau Sriwijaya FC. Bahkan yang lebih lucu kedua tim ini bisa dikatakan cukup sering “tukar kostum”, yakni berpindahnya pemain PERSIJA berkostum PERSIB begitu pun sebaliknya. Arcan Iurie Anatoviceli, Antonio Claudio, Charis Yulianto, Marwal Iskandar, Imran Nahumarury, Nuralim, Andi Supendi, Lorenzo Cabanas, Sonny Kurniawan Atep dan Baihaki Kaizan merupakan daftar pelatih dan pemain yang dalam 10 musim terakhir yang berganti kostum dari orange menjadi biru. Bagi dua tim yang mempunyai rivalitas tinggi haram hukum nya memberikan pemain bersangkutan pada tim yang notabenya merupakan klub rival mereka. Seperti yang terjadi pada Manchester United dan Liverpool, mereka sudah menjaga tradisi ini 3 dekade lebih, tidak ada pemain Merseyside yang berbaju Manchester secara langsung pada musim berikutnya. Rivalitas tinggi ini pernah terjadi ketika pada saat Gabriel Heinze mengutarakan keinginannya untuk meninggalkan Theather of Dream, gayung pun bersambut Rafael Benitez yang saat itu masih mengarsiteki kubu The Kop mengajukan penawaran yang sangat besar. Tetapi apa mau dikata kubu Manchester United lebih memberikan Gabriel Heinze pada Real Madrid dengan kontrak yang lebih kecil dibandingkan Liverpool. Inilah bukti sebuah klub yang menjaga rivalitasnya, mereka lebih baik memberikan mantan anak asuh nya dengan harga murah untuk klub lain daripada harus memberikan nya pada klub rival mereka meskipun secara materil lebih besar. Meskipun sistem tersebut belum bisa diterapkan di Liga Indonesia ini, karena seperti yang ketahui bersama klub-klub di Negeri ini belum mengenal yang namanya kontrak jangka panjang atau transfer pemain. Karena hampir semua klub di Indonesia masih menerapkan sistem kontrak primitif per musim, padahal jika dikelola secara baik ini merupakan salah satu sektor untuk klub menambah pundi-pundi kekayaannya, bukan kah sudah banyak pemain yang secara kualitas individu sangat baik di Liga Indonesia ini dan menjadi incaran klub-klub lainnya?
Namun pertanyaan diatas masih bisa kita rubah dengan, “mengapa klub masih mengambil pemain dari klub yang notabenya jelas-jelas klub rival mereka?” atau “mengapa masih banyak pemain yang dengan mudah nya berganti kostum dengan klub yang notabenya merupakan rival klub mereka sebelumnya?” jawaban yang akan keluar mungkin akan sama dan seragam, karena nilai kontrak yang diberikan oleh klub rival mereka cocok dengan yang mereka inginkan atau pemain pun beranggapan jika rivalitas klub di Indonesia bagi para pemain sendiri tidak berarti apa-apa dan bukan sesuatu yang begitu penting. Jadi, apakah rivalitas ini masih bisa dikatakan rivalitas klub? jika bukti dilapangan yang berivalitas hanya dari grass root yakni supporter saja. Sedangkan bagi klub, management, pelatih dan pemain sendiri rivalitas itu sendiri tidak ada. Masih layak kah PERSIB – PERSIJA dikatakan rivalitas dua klub? atau mungkin sudah saat nya kita merubah title menjadi rivalitas dua kubu fansclub supporter?

Respect and Unity Sebuah Harga Mati


Lagi-lagi para punggawa PERSIB Bandung harus menelan pil pahit untuk kesekian kalinya di awal musim ini setelah di pertandingan terakhir dihantam tuan rumah PSPS Pekanbaru 1-0. Mengawali musim kompetisi ISL 2010/2011 dengan hasil yang sangat mengecewakan bagi semua elemen tim ini baik itu jajaran konsorsium, management, pelatih, pemain, maupun kita semua para Bobotoh. 6 pertandingan hanya mendapatkan 4 poin hasil dari 1 kali kemenangan 1 kali seri dan 4 kekalahan dan bercokol hanya satu peringkat diatas zona degradasi merupakan sebuah hasil yang sangat memprihatinkan bagi tim sekelas PERSIB Bandung.
Sebenarnya apa yang kurang dari tim PERSIB musim ini, dilihat dari segi financial tim sangat begitu menjanjikan ,disaat tim lain peserta ISL musim ini mengemis-ngemis pada pemerintahan daerah untuk mencairkan dana hibah nya demi tim nya bisa mengikuti jalannya kompetisi. Justru tim PERSIB dengan gagah nya diserbu para sponsor yang tertarik men sponsori tim ini. Dari segi pemain pun tim PERSIB Bandung merupakan salah satu tim yang sangat menjanjikan, 5 pemain berlabel timnas Indonesia, 2 pemain berlabel timnas Singapura, 4 pemain Asing yang notabenya bisa dikatakan yang terbaik di negeri ini dan beberapa talenta muda yang insya Allah mempunyai prospek cerah untuk kedepan nya, merupakan jaminan mutu kualitas tim ini. Untuk sektor pelatih pun bisa dikatakan cukup menjanjikan karena coach Jovo memilki segudang pengalaman dalam menangani sebuah tim sepakbola. Belum lagi ditambah dukungan publik Jawa Barat yang begitu hebat nya pada tim ini, kala PERSIB melakoni partai kandang, hampir nyaris tidak ada tempat kosong sedikitpun dari sektor tribun penonton. Belum lagi dari penonton yang menyaksikan laga PERSIB dari layar kaca, menurut informasi yang pernah saya dengar, PERSIB merupakan salah satu jagoan ANTV dalam hal ratting penonton di layar kaca, itulah alasan konkret mengapa jika PERSIB berlaga baik itu partai kandang maupun tandang selalu disiarkan live pihak ANTV (terkecuali jika melakoni tour Papua biasanya). Lalu sebenarnya apa yang kurang jika dilihat dari faktor tersebut diatas.

Mungkin ini hanya pandangan saya pribadi, dan maaf tidak ada maksud sedikitpun untuk mencari kambing hitam untuk sebuah keterpurukan ini.

Tidak ada kejelasan bagian kerja antara Konsorsium dan Management, hal ini menurut saya yang menjadi dasar keterpurukan tim PERSIB musim ini. Seperti yang kita ketahui bersama diawal sebelum bergulir nya kompetisi pihak konsorsium menunjuk coach Darko-Daniel Janakovic untuk mengarsiteki tim ini. Tapi dilain pihak ternyata management tidak setuju dengan penunjukan coach Darko dan telah memilki pihan nya tersendiri, tentu hal ini sangat jelas menciptakan kondisi yang sangat tidak kondusif di tubuh tim. Disinilah sebenarnya yang harus dirubah dan diperbaiki, sebenarnya yang berhak menentukan seorang pelatih di tim ini apakah pihak management atau pihak konsorsium? Ini harus jelas 100% jika memang diperlukan perjanjian dilakukan diatas materai, agar semuanya clear dan tidak ada klaim mengklaim, intervensi, atau sejuta kata dengan satu makna yang lain nya.
Manager dan Pelatih, sebenarnya ini masalah klasik yang dialami hampir seluruh tim semi-profesional. Sebenarnya siapakah yang lebih berhak merekrut dan mencari pemain untuk bermain di tim nya? Bukankah mulai kompetisi tahun lalu PERSIB sudah mengklaim diri yang asalnya tim semi-profesional berubah menjadi klub professional yang sudah tidak sama sekali menyusui dana hibah dari pihak Pemkot Bandung dan Pemprov Jabar. Jadi sudah saat nya pula PERSIB merubah kebiasaan klub-klub amatir eks Perserikatan yang mempunyai “dua pemimpin dalam satu tim”. PERSIB sudah saatnya melebur posisi Manager dan Pelatih dalam satu kepala layaknya tim professional lain nya di muka bumi ini. Karena posisi ini layaknya seorang pemimpin perusahan, jika perusahaan mengalami kerugian atau kolaps maka pihak pemimpin perusahaan lah yang harus mempertanggung jawab kan nya pada pemilik perusahaan, begitu pula dalam klub sepakbola jika klub mengalami keterpurukan maka pihak pelatih/manager lah yang pihak pertama yang harus bertanggung jawab pada pemilik klub dalam hal ini adalah konsorsium. Contoh nya klub Manchester United, tim ini menunjuk seorang Sir.Alex Fergusons untuk menakodai tim ini sebagai pelatih merangkap Manager, sedangkan kepengurusan Manchester United dijabat chairman bersama Joel dan Avram Glazer. Posisi Chief Executive dipegang Bryan Glazer, Darcie Glazer, Edward Glazer dan Kevin Glazer. Sedangkan posisi Chief Operating Officer sendiri dipegang David Gill dan Michael Bolingbroke. Di sinilah jelasnya posisi jabatan dalam klub-klub professional dunia, sehingga tidak akan mungkin munculnya intervensi tugas dari sub yang satu dengan sub yang lainnya. Jika diibaratkan posisi Chairman tersebut merupakan pemilik utama dari tim tersebut atau dengan kata lain pemilik saham terbesar klub tersebut. Jika kondisi ini di tubuh PERSIB maka posisi ini milik konsorsium yang menginvestasikan dana yang paling besar pada tim PERSIB. Sedangkan posisi Chief Executive sendiri jika kondisi nya di tubuh tim PERSIB merupakan para konsorsium, orang-orang yang memiliki saham secara keseluruhan. Dan untuk posisi Chief Operating Officer sendiri merupakan posisi nya management, hal ini yang mengatur tim untuk membantu pelatih/management dan juga mengurusi hal tetek bengek persoalan tim lain nya seperti urusan menego dengan tim lain dan urusan transfer pemain, tetapi sangat jelas aturan nya jika pemain tersebut merupakan pemain yang diinginkan sang pelatih sesuai selera dan keinginan beliau tanpa ada intervensi dari pihak chief operating officer tersebut. Saya hanya ingin sedikit menggambarkan posisi PERSIB di awal musim ini, ketika pihak konsorsium meminang coach Darko untuk mengarsiteki tim ini. Pada awal nya coach yang Darko masih buta dengan kondisi persepakbolaan negeri ini melakukan beberapap kali uji coba terhadap beberapa pemain baik itu para legiun asing maupun lokal yang ingin berkostum PERSIB. Hal itu sangat diwajarkan karena selain masih buta dengan pemain-pemain yg berkeliaran di Liga Indonesia selain itu pun agar pembelian pemain tidak seperti membeli kucing dalam karung dan pemain tersebut karakteristiknya sesuai yang beliau ingin kan, untuk mengimplementasikan gaya permainan dan strategi yang diterapkan di lapangan. Dilain pihak Management pun mengajukan beberapa pemain yang ingin direkrut klub seperti Zah Rahan, Herman Abanda, dll. Ternyata diluar dugaan pemain tersebut tidak begitu sreg di hati sang pelatih kepala saat itu. Mungkin bagi saya pribadi hal ini bukan lah sebuah masalah karena seorang pelatih memang mempunyai wewenang penuh dalam hal perekrutan pemain. Pemain yang direkrut memang harus benar-benar yang sesuai dengan karakteristik keinginan seorang pelatih. Sedangkan beberapa pemain yang diinginkan pelatih justru ditentang management. Sebenarnya disinilah masalahnya, seperti yang saya kutip sebelum nya apakah seorang pelatih atau manager yang berhak menentukan masuk tidak nya pemain yang bersangkutan. Jika saja posisi pelatih dan manajer dalam satu kepala mungkin polemik ini tidak akan pernah terjadi sama sekali. Kembali pada saat penyeleksian pemain tersebut, ternyata para pemain pilihan pelatih lah yang berhasil bergabung dengan tim ini seperti Baihaki Kaizan, Isnan Ali, Rahmat Affandi, Pablo Frances, dan yang lain nya. Dilain pihak para pemain pilihan Management secara tidak langsung ditolak, maka makin meruncing lah permasalahan perpecahan ini. Setelah coach Darko dilengserkan pasca kekalahan pada pertandingan pre seasons di Palembang. Pemain-pemain bersangkutan yang notabene nya merupakan pilihan pelatih sudah tanggung dikontrak, maka mau tidak mau pemain yang bersangkutan pun harus membela panji-panji tim ini selama musim kompetisi ISL tahun ini. Tetapi apa yang saya pribadi takut kan ternyata terjadi juga, pemain-pemain bersangkutan yang notabene nya merupakan pilihan coach Darko, ternyata tidak mampu dimaksimalkan oleh pelatih pengganti nya yakni coach Jovo. Ya, seperti yang saya telah sebutkan sebelumnya, karena pemilihan pemain memang tergantung selera sang pelatih. Apa mau dikata hasil nya dapat kita lihat dan rasakan dalam 6 pertandingan awal musim ini. Jujur, sangat memalukan bagi tim sekelas PERSIB, tim yang selalu mencanangkan target juara setiap musim baru akan di gelar. Maka dari itu, jika memang PERSIB saat ini merupakan sebuah tim profesional sudah saat nya meninggalkan kebudayaan-kebudayaan kolot khas tim Perserikatan, jika tidak apa beda nya dengan tim-tim yang masih menyusui dana hibah APBD.

Jujur kami sudah jenuh melihat konflik internal yang tiada guna dan tidak berujung seperti ini. Sudah saat nya semua elemen di tim ini bersatu baik itu konsorsium, management, pelatih, pemain dan juga kita semua para bobotoh. Karena hanya dengan bersatu, kita bisa mewujudkan mimpi kita menjadi Juara. Wujudkan mimpi kami… mimpi semua bobotoh… mimpi seluruh warga Jawa Barat… Respect and unity sebuah harga mati. Jayalah PERSIB ku!