Ayi Beutik meninggal dunia siang ini [9/8] di Rumah Sakit Advent, Bandung.
Sebagai Panglima Viking Persib Club, dia masyhur karena sikapnya yang
tanpa kompromi dalam mengobarkan rivalitas. Bagi kalangan di luar
publik Bandung, dia kontroversial karena — di tengah desakan banyak
pihak untuk mengurangi kekerasan sepakbola — dia tetap saja bersikukuh
mengobarkan aroma permusuhan.
Dengan segala kontroversinya, Ayi Beutik adalah nama penting dalam
sejarah perkembangan dunia suporter sepakbola di Indonesia. Suka atau
tidak, dia telah mewarnai tribun stadion di Indonesia dengan caranya
sendiri. Menuliskan sejarah perkembangan dunia suporter sepakbola tanpa
sekali pun menyebutkan namanya praktis merupakan hal yang mustahil.
Simaklah beberapa kutipan pernyataan Ayi Beutik yang kami pilihkan
untuk menggambarkan bagaimana karakternya di dunia suporter dan dalam
kultur tribun di Indonesia.
1. (Para pemain hendaknya) bertarunglah seperti lelaki,
perlihatkan totalitas dan perjuangan yang tinggi, karena pada saat yang
bersamaan pun saya dan bobotoh lainnya ikut bertarung sama kerasnya
dengan para pemain di lapangan.
2. Bagi orang Bandung mendukung Persib tak ubahnya sebuah warisan.
3. Mendukung Persib itu bukan karena ajakan tapi dari hati dan turun temurun
4. Ketika harga diri dan kebanggaan kita terusik, saat itu kita
mesti bangkit. Membela harga diri ternyata membanggakan dan rasanya
begitu indah.
5. Dosa saya itu yang membuat Bandung dan Jakarta dengan puluhan ribu massa sampai berantem. Itu kesalahan saya.
6. Biarkan permusuhan ini tetap abadi.
7. Suka duka menjadi panglima? Dukanya, merepotkan orang tua saat ditahan (Polisi).
8. Kalau nggak ada Persib ya berhenti, sampai bubar Persib. Kalau Persib nggak bubar ya terus aja.
9. Persib adalah harga diri saya dan jika harus menghitung untung
dan rugi pada sebuah dukungan, maka dukungan itu menjadi tidak murni
lagi, Persib telah memberi saya segalanya.
10. Jayalah Persibku [nama yang diberikan Ayi Beutik untuk anaknya]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar